Pages

Tuesday, September 28, 2010

Japan Overdrive 2010 @ Surabaya

Japan overdrive adalah acara ulang tahun komunitas Jepang Surabaya,yang lebih dikenal dengan Kojitsu. Acara utama sebenarnya adalah band2, namun ada juga sih kabaret cosplay oleh Cosura, komunitas cosplay Surabaya.

Disini, aku dan teman-teman Cosuki datang untuk memeriahkan acara dengan ramai-ramai bercosplay. Sebenarnya nggak niat ribet, cuman ngincar silaturahminya aja. Tapi ternyata jadi ramai... hihi..

aku juga bertemu sama mas Tyo, teman gamerku. kita ketemu n selalu main bersama di Luna Online. Haha... bodohnya, seharian aku nggak bawa HP. untung udah konfirmasi via facebook.

tanpa banyak kata lagi, silahkan menikmati foto-foto... ^^




























thx a lot buat widianto hermawan!!
thx lgi buat ko widi... ^^
thx buat nono... ^^




Friday, September 24, 2010

Cerpen - Pertarungan Sengit Rikimaru-Ayame?!!


Ayame berlari menyusuri jalan setapak panjang diantara hutan itu. Dia tampak terengah-engah sambil menggenggam erat kedua bilah pedangnya. Dibelakang, Rikimaru mengejar dengan pedang terhunus kedepan. Wajahnya tak kalah serius, dan guratan di dahinya begitu tajam.
            “Jangan kabur! Ayame!!” Rikimaru berteriak seraya menambah kecepatan larinya.
            Mengetahui hal itu, Ayame turut menambah kecepatan larinya. Jelaslah bila Rikimaru semakin tertinggal di belakang, karena sudah bertahun-tahun Ayame melatih kecepatan larinya. Ia memang tipe ninja yang melatih tubuh untuk kecepatan dan teknik, bukan kekuatan seperti Rikimaru.
            “Ayame!! Berhenti!!” Rikimaru melemparkan shuriken ke arahnya. Dengan sigap, Ayame menghindar kesamping beberapa kali.
            “Rikimaru! Bukankah kita tak perlu melakukan ini? Apa yang kau inginkan, rambut uban?!”
            “Pertanggung jawabanmu! Dimana kehormatanmu sebagai kunoichi?”
            “Aah!! Kau tahu kan aku memang seperti itu! Hentikan!”
            “TIDAK BISAAA!!”
            Rikimaru melepaskan kekuatannya. Dan akhirnya, ia berhasil berlari menyamai kecepatan Ayame. Tanpa pikir panjang lagi, Rikimaru menebaskan pedangnya pada Ayame. Kunoichi itu merespon dengan menodong balas. Keduanya beradu dalam pertarungan pedang yang mengerikan.
            Langit malam yang gelap dan angin yang berhembus dingin menambah perasaan berkecamuk keduanya. Dan tak ayal, itu memberikan tambahan betapa sengitnya pertarungan dua saudara seperguruan ini.
            Selang beberapa menit mereka betarung dengan saling menendang, menghunus, turut menjatuhkan, akhirnya Ayame kalah di hadapan Rikimaru. Dia terbaring lemas dengan kedua pedang terpental jauh darinya. Ia tidak bisa apa-apa. Kakinya pun sudah terasa begitu berat untuk diangkat.
            “Baiklah! Kau menang! Apa maumu? Apa yang kau minta dariku?”
            “Pertanggung jawabanmu. Sebagai seorang yang memiliki harga diri!”
            Ayame menggerutu. “Baik, baik, akan aku belikan lagi onigiri yang sudah kumakan itu!”
            “Benar?”
            “Benar! Ayolah, masa aku mau dihajar seperti ini lagi? Tolol.”
            Rikimaru menyarungkan pedangnya. Serta merta, ia memberikan hormat kecil pada Ayame yang sedang berusaha bangkit dari duduknya. “Terima kasih.”
            Bertarung karena makanan? Jangan ditiru di rumah…

Mendapatkan Jenderal melalui Kudanya


Shoot the horse if u wanted to get the general…
Kalau mau dapat sang jenderal, tembak dulu kudanya…

Istilah itu memang benar. Kalau mau mendapatkan sesuatu, urus dulu yang menopangnya. Ya gampangnya kalau seorang kontraktor mau hancurin rumah mewah, hancurin dulu pilar-pilar penyangganya, bukan langsung aja jatuhin besi ribuan ton dari heli (meski efektif juga sih) Tapi bagaimanapun, lebih aman n nyaman yang hancurin pilarnya dulu kan?

Tapi sepertinya istilah cerdik nan licik ini tidak berguna di otakku. Yah, sesekali memang kulaksanakan, tapi sering-seringnya tidak. Hmm… coba kita lihat, kapankah aku menggunakan istilah ini? Hmm… meyakinkan ayahku akan sesuatu dengan mempengaruhi ibuku? Pernah sih, tapi saat itu tidak begitu manjur. Karena ibuku benar-benar seorang penurut pada suaminya, jadi percuma kalau aku minta bantuan hal semacam itu. Haha

Oke, jadi kesimpulannya aku anak moron yang jarang menghancurkan lawan perlahan-lahan. Aku lebih suka langsung BLARR dan jenderal tertembak tanpa kudanya terkena peluruku sedikitpun…

Sama seperti ini… ini hal nyata dariku saja. Aku menyukai seorang lelaki. Ya, aku tidak memanggil mereka ‘cowok’ karena tipeku rata-rata sudah menjadi seorang ‘lelaki’ artinya sudah cukup berpikiran dewasa dan tidak se-urakan cowok.. nah, lelaki ini anggap saja sebagai jenderalnya. Teman-teman lelaki ini kita anggap kudanya… biasanya, orang kalau pedekate dan semacam-macamnya itu selalu mendekati para kuda jenderal, dan membaikkan hati dengan mereka, dll dll… ah… does it look like… apa istilahnya? Menyogok? Oh tidak juga. Namanya juga taktik, aku tidak anggap ini sebuah sogokan. Ini sebuah S T R A T E G I… strategi mah halal-halal saja untuk dilakukan… yang penting victory. Tapi kalau dari strategi itu ada sedikit keharaman (seperti menyogok kuda2 itu dengan wiskey gandum atau hasutan bahasa kuda) maka strateginya jadi haram. Rumit ya? Tapi itulah hidup… lihatlah dari berbagai sisi. Maka satu kata bisa menjadi beribu makna.

Kembali ke topik. Oke, aku suka cowok. Lalu apa yang terjadi? Aku nggak mendekati teman-temannya… aku langsung ke pokok permasalahan. Hahaha… kedengarannya agresif? Entahlah. Yang pasti aku seringkali to the point. Kalau ada temanku ganteng, aku langsung bilang aja, “hei kamu ganteng” atau bisa saja, “hei kamu keren pake baju itu” haha. Sepertinya aku ini tukang bawa meriam untuk membunuh para jenderal dan membiarkan kuda-kudanya berkeliaran kaget tanpa sedikitpun tergores, kalau di jaman perang dahulu kala...

Nah justru keterbukaan (atau kebodohan?) ini sering membawa petaka. Banyak yang salah paham aku yang tukang memuji ini sering dikira naksir mereka… swt.. padahal aku cuman suka muji aja… -.-‘ atau juga orang yang kusuka jadi merasa risih dengan keterbukaanku. Istilah jawanya NGETARANI… hahaha… aku jadi merasa moron betulan… la la la~ Lulu, you’re moron!! @_@ dan akhirnya… orang yang kusukai berikut teman2nya pada ilfil semua. Jenderal tak dapat, kudapun tak mau merapat. Yasudah… jodoh nggak akan kemana.. haha..

Tapi untuk saat ini aku masih trauma dengan makhluk dengan gender lelaki. Sedikit malas untuk mengurus? Tidak juga. Aku masih dalam posisi aneh dan moron, dengan cinta yang aneh pula. Saat ini aku menjadi seorang pengintai saja. Jenderal dan kudanya kubiarkan masih berlari-lari di lapangan.

Apa intinya dari ocehanku panjang lebar ini? Intinya saya adalah MORON… (bahasa indonya “tolol”) bukan bukan… intinya, bolehlah kita menggunakan strategi. Apalagi untuk mencari victory di jalan yang baik. Tapi hati-hati dan perhatikan langkah… :D

Monday, September 20, 2010

Aku Tak Pantas di Surga....

Gregorian - Air Mata di Surga (aku tak pantas di surga)

Maukah kau mengetahui namaku
Jika aku melihatmu di surga
Akankah tetap sama
Jika aku melihatmu di surga
Aku harus menjadi kuat dan mampu
Karena aku tahu aku tak pantas disini, di surga...

Maukah kau menggenggam tanganku Jika aku melihatmu di surga
Maukah kau membantuku berdiri Jika aku melihatmu di surga
Aku akan menemukan jalanku, melewati siang dan malam
Karena aku tahu aku tak bisa tinggal disini, disurga...
Waktu dapat membuatmu resah Waktu dapat membelokkan keputusanmu*
Waktu dapat mematahkan hatimu
Sudahkah kau mengemis ampunan
Mengemis ampunan

Aku harus menjadi kuat dan mampu
Karena aku tahu aku tak pantas
Disini, di surga...
Karena aku tahu aku tak pantas
Disini, di surga...


kenapa aku repot2 translate lagu yang penuh idiom bahasa inggris ini? simpel; lagu ini dalam maknanya. dinyanyikan juga oleh grup yang sakral (agak gothic sih). jadi kesimpulannya, lagu ini bikin perenungan aja. apa kita pantas di surga? apa kamu, teman-temanku, mau bantu aku untuk bisa berdiri di surga? mau ya... :)

Friday, September 17, 2010

Puisi Kelelahan... haha?

masih bingung untuk judul... cuman sekitar tiga menitan, mengalir langsung di jari dan mengetik... nggak tahu juga, kebiasaan memang kalau sedang gundah atau apa gitu sukanya langsung ngetik... haha... sepertinya ini mewakili suasana hatiku yang sedang galau detik saat aku menulisnya, kemarin malam. apa temanya cinta? haha... ndak tahu deh. enjoy... ^^
++++++++++++++++
Lelah menduga lelah merana
Tepatlah kalau rantai mengelola
Hati yang bimbang dalam sapa terang rembulan
Tak bisa terbang bebas dalam nirwana
Terpaksa mengembara di marcapada

Lantun lantun sayup nada hati
Berikrar suci mewangi
Hindari diri dari sepi
Membakar biji melati
Untuk tentramkan gaungan hati

Apa daya dalam lolong panjang
Yang turut meradang
Lepas lepas raut pandang memandang
Tak pantas aku mengigau
Teringat dunia lampau
Antara aku dan kau

Bebaslah sayang, dalam puisi hidup yang temaram

Thursday, September 2, 2010

Pemulas Wayang; YA AMPUUNN

Hari Senin yang lalu, tanggal 30, aku sempat pergi dengan teman... er... sahabat? Er... kakak? Entahlah manggilnya apa, aku juga bingung. Kalau begitu mari kita panggil saja dia kakakku. Dia seorang dalang. Masih muda, masih kuliah di Universitas Brawijaya, semester 2. Dari dulu dia janji mengajak aku jalan-jalan ke tempat yang dia sebut 'pemoles wayang.' Oke, akhirnya Senin kemarin itu aku berhasil dibawa (baca: kupaksa) olehnya menuju ke sebuah kampung.. ya nggak begitu melenceng sih dari rute kota... tapi lumayan lah, untuk ukuranku yang jarang jalan-jalan... hehehe... sekarang sudah mahasiswi, jadi boleh lah keluyuran jauh2... ^o^ Tempat itu sebuah rumah kecil... masuk langsung dihadapkan dengan sebuah ruang kerja yang kira kira seukuran 3 x 3,5 meter (aku bisa bilang gitu soalnya itu kira2 seukuran kamarku) duduk seorang pria dengan kaos sederhana, lesehan di hadapan sebuah meja lebar dan lampu duduk yang terang. Ow, dia sedang mewarnai sebuah wayang!! ini pertama kalinya aku melihat pewarnaan wayang!! >.< Dengan sangat antusias, aku memperhatikan dia... wow.... catnya simpel, cat tembok. Kuasnya juga simpel2... nggak kayak pelukis professional yang punya kuas beberapa pack, atau segala peralatan bermerk dengan bau khas itu.. kali ini begituuuu simmpeeeeeeeelll..... dan untuk pallete (wadah mencapur & menuang cat), dia menggunakan papan dakon!! Bagi yang belum tahu dakon, itu adalah sebuah permainan tradisional dengan menggunakan papan panjang berlubang-lubang. How simply!! Mungkin yang spesial hanyalah pena yang dia gunakan. Pena jaman dahulu kala yang antik dan menggunakan tinta untuk mengoperasikannya. Dengan peralatan yang luar biasa sederhana itu, dia bisa menciptakan mahakarya! Iya, aku bilang mahakarya!! Coba kita perhatikan tekstur wayang kulit Jawa. Warnanya bergradasi, dengan ornamen-ornamen dan detail yang memukau. Belum titik-titik terkecil dalam bagiannya. Itu sangat rumit. Bahasa jawanya NJELIMET. Dan, setelah perbincangan panjang lebar (serta candaan sadis nan menggelitik dari kakak dalang) aku baru tahu kalau seniman seperti om (?) pemulas wayang ini benar-benar YA AMPUUNNN..... bayangkan saja, skill luar biasa, satu satunya di Kota Malang, dan ketekunannya dalam menggarap setiap wayang hanya dihargai kurang dari 200rb. Ini menurutku nggak sebanding dengan mahakarya yang dia kerjakan. Dia seniman, satu satunya di Malang juga... tapi penghargaan yang diterima nggak sebanding. Wah salah nih, pikirku. Tunjangan-tunjangan juga gak selancar tunjangan PNS yang notabene mampu. Anaknya empat, masih kecil-kecil... Namun akhirnya mas dalang menjelaskan, ini juga seperti hubungan timbal balik. Seniman tradisional, terutama dalang jaman sekarang memang banyak yang berada di garis rata-rata, tak jarang dibawah. Sepinya order, globalisasi, dan keacuhan akan seni tradisional jadi sumbunya. Nah, dengan keadaan seperti itu, tentu modal untuk berkaryanya juga minim. Akhirnya balik lagi ke seniman crafting n coloring wayangnya itu... dia mendapatkan jatah yang sekian-sekian saja dari order2 yang dilancarkan para dalang.... siklus.... :( seperti siklus air yang begitu-begitu saja, seniman ini akan juga begitu-begitu saja.... Hmm... hmm.... gak bisa berkata-kata lagi... Nggak sempat foto2.... sungkan sama tuan rumah... XD Yang jelas, aku berniat bakal sering maen kesana. Enak berbincang dengan orang yang sama2 suka melukis. Ada ikatan tersendiri, yang orang diluar lingkaran kami belum tentu bisa melihatnya secara gamblang. Ada harmonisasi dan kesamaan yang mengalir, yang benar-benar sayang dilewatkan barang sedetik. Meskipun aku bukan customer, tapi support dari aku semoga bisa bikin om tetap berkarya... ^^