Sunday, June 19, 2016
Siksa Batinmu Selama Mungkin
Seringkali berkata pada diri sendiri, tidak ada gunanya menangis. Orang yang ditangisi tidak akan pernah mendengar atau mau mengerti. Kita cuma membuang waktu. Tapi, bukankah menahan sedih dan sakit dalam sendiri itu lebih membuang dan merusak diri sendiri?
Tuesday, June 14, 2016
Babbling about Love at June
It's funny how I got inspired by a shounen-ai manga for this time. Yes, rather than normal-love-story. Always. Lol. Memiliki lover, atau crush, memang sebuah berkah. Apalagi jika dia juga menerimamu apa adanya, merengkuh dengan hangat semua keburukanmu, dan bersama mencari jalan. Tidak salah satu yang harus berjuang dan merengek, tapi memang keduanya. Itulah inti dari cinta fana manusia.
Menjadi pemuja feminis --yang mana aku belum bisa bilang aku sudah menjadi seorang aktivisnya-- di benak ini selalu berputar fakta bahwa pria itu selevel dengan kita, atau setidaknya dibawah kita. Paradigma ini membawaku bertingkah egois jika dihadapkan dengan pria. Aku berhak menuntut mereka, mencaci mereka, dan saat ada kesempatan dan posisi, aku harus membeei pelajaran terpahit dalam hidup mereka. Menelusuri bagaimana ini semua bermula, Sigmund Freud mungkin sudah memberikan jawaban yang logis; tersakiti di masa lalu, tertumpuk di alam bawah sadar, dan boom. Tidak ada lagi rasa belas kasihan untuk pria.
Sayangnya rasa sakit ini tidak hanya berasal dari masa lalu. Masa sekarang, atau present, juga memberikan banyak masukan negatif terkait anxious terhadap pria. Semakin lama, keraknya tidak semakin bersih, namun bertambah. Masih belum menemukan cara berdamai dengan diri sendiri, namun pelampiasan terhadap objek di realita itu menyenangkan. Sebut saja bantal, facebook, dan kertas serta pensil. Paling parahnya lagi, saat ada pria yang terang-terangan menyukaimu, dengan sengaja dan bahagia kamu menjatuhkan mereka dengan penolakan, dan membuat mereka merenungi lagi akan makna kehidupan. Itu jahat, tapi sudah terjadi dan tidak bisa ditarik kembali.
Tapi ada masa dimana saat kamu menangis tersedu-sedu akan buramnya masa depan, pria ini tidak bertanya apapun dan segera reflek memeluk. Muncul dari persahabatan dan berjalan sebagai pria yang mencinta, ketulusannya memberikan pandangan baru bahwa semua akan baik-baik saja. Semua pasti akan baik-baik saja saat kita bersama. Selamanya akan begitu. Pernahkah kala kita luar biasa naik pitam dan hanya dengan dua-tiga patah kata menjadi sangat tenang dan menjadi orang paling beruntung di dunia? I was. Namun sekali lagi, semua harapan dan ketulusan itu runtuh. Bak pondasi rumah yang sudah mulai dibangun, hancur begitu saja dan tidak akan lagi dilanjutkan pembangunannya. Developernya memilih mencari tanah baru untuk membangun rumah baru. I wonder apakah dia sudah mendapatkan lahannya? Karena aku belum.
Writing this crap really exhaust me.
But I keep continue.
Aku selalu suka aroma butter dari kue yang matang. Manis dan menggugah, tapi memuakkan saat berlebihan. Bau hujan juga menyegarkan, namun entah kenapa membuat hidung terasa hambar jika terlalu lama. Tapi bau khas dari lawan jenis, entah ini selalu membuat nyaman. No, no, aku tidak membahas body odor. Tapi lebih ke bau khas, seperti bau bayi yang memang khas. Mereka bilang bayi memiliki bau nyaman karena mereka tidak punya dosa. Sementara aku, berkata dengan lembut, bahwa kau memiliki bau yang menenangkan karena cinta.
Meski sedekat apapun dengan pria, saat dia menjadi sahabat, aku tidak pernah tertarik dengan baunya. Tapi saat aku mencinta, berada di dekatnya seperti berada di kasur. Wait what. No no, maksudku bukan seperti itu. Lebih pada betapa nyamannya diriku, seakan aku bisa terus berdampingan tanpa memikirkan yang lain.
But yea, guess what, itu cuma wacana. Aku pada akhirnya tidak bisa tidak memikirkan hal yang lain. Cinta butuh pengorbanan, butuh perjuangan, dan butuh konflik. Aku bisa terus mencinta, tapi aku tidak bisa bersama. Tidak ada yang namanya kebahagiaan selamanya. Yang bisa dilakukan hanyalah merana, namun aku tidak mau jadi pengemis. Kita semua kuat. Wanita adalah sosok yang paling kuat. Kita bisa menjinakkan singa dengan lemah lembut, kita bisa menaklukkan gajah dengan cinta kasih. Tidak perlu menghilangkan kewanitaanmu untuk menjadi perkasa. Kita sudah perkasa dari dalam.
Subscribe to:
Posts (Atom)