Howl’s Moving Castle adalah salah satu animasi keluaran
Ghibli Studio pada tahun 2006. Masuk pada nominasi Academy Award, dan
dipublikasi oleh Disney untuk pasar barat. Sama seperti animasi buatan Ghibli
yang telah ditonton, saya tertarik dan ikut haru dengan ceritanya. Well, selain
juga jatuh cinta dengan karakter penyihir utama, Howl Jenkins Pendragon.
Terkejut bahwa Christian Bale (si Dark Knight Rises) yang mengisi suaranya untuk versi
English dan Kimura Takuya untuk versi Jepang, rasa jatuh cintanya juga semakin
dalam. Sepertinya tinggal tunggu waktu saja menarik teman untuk bercosplay
menjadi Howl.
sampul buku, dengan penggambaran kastil bergerak Howl |
Menelisik lebih dalam, ternyata animasi ini adaptasi dari
novel tahun 1986 berjudul sama. Novel ini merupakan trilogi dari “The Castle”
karya Diana Wynne Jones, seorang novelis British. Novel ini sendiri sudah
memiliki penghargaan Pheonix Award dan masuk nominasi di Boston Globe–Horn Book Award. Hayao
Miyazaki, sutradara dari film ini, datang sendiri ke Inggris untuk bertemu
Diana dan meminta izinnya untuk membuat film berdasarkan novel faforitnya ini.
Mencoba membeli bukunya namun belum kesampaian, akhirnya
mendapatkan ebook gratis versi
original Inggrisnya dan menghabiskan waktu untuk menelaah. Tentunya banyak
perbedaan yang disampaikan, dan artikel ini bertujuan untuk mengungkapkannya
[SPOILER ALERT. JIKA HENDAK MEMBACA BUKU MAUPUN MENONTON FILM UNTUK MENIKMATI
CERITANYA, LEBIH BAIK JANGAN MEMBACA ARTIKEL INI]
ANTARA KETEGANGAN DAN KEDAMAIAN: PERANG
Film: Perang berkecamuk di dunia mereka. Kedua kerajaan
saling serang, baik dengan kekuatan udara maupun laut. Muncul monster-monster
menyeramkan yang menjadi alat perang. Teknologi sudah cukup maju, bertolok ukur
dari desain-desain steampunk. Howl
dikenal sebagai penyihir yang gemar mencari gadis muda untuk dicuri hatinya,
namun ia bukan ancaman yang begitu besar, jika dilihat dari bagaimana para
gadis di toko topi membicarakannya dengan ceria.
Novel: Tidak ada perang, hanya murni cerita kehidupan
sehari-hari. Ancaman yang mencekam hanyalah gosip mengenai Howl yang jahat,
dimana para gadis dikabarkan dimakan hatinya dan tidak selamat, sehingga tidak
diperbolehkan seorang gadis berjalan-jalan sendirian. Selain itu Witch of Waste
juga merupakan momok, yang dikabarkan membunuh penyihir kerajaan dan pangeran.
Tidak ada teknologi yang mencuat. Settingnya amat kuno, dimana kendaraan masih
ditarik oleh kuda.
SOPHIE: IBU TIRI DAN DUA SAUDARI.
Film: Sophie bekerja di toko topi, yang dimiliki oleh ibunya
yang modis. Dia bukan gadis yang aktif
dan sosialis, serta sedikit pemalu.
Pembuat topi yang tekun, memiliki beberapa pegawai di tokonya. Ia memiliki adik
yang cantik dan populer bernama Lettie, yang bekerja di toko roti. Berbeda
dengan Sophie yang dideskripsikan ‘tidak cantik’ dan ‘tidak pernah ada yang
mengatakan dia cantik’. Lettie sangat sayang pada Sophie dan berharap dia
mencari kehidupan yang lebih berwarna daripada hanya berdiam di toko topi yang
membosankan tersebut. Sophie sedikit ketus, dari caranya membully Calcifer. Namun bagaimanapun,
Sophie yang sesekali gemar berbicara sendiri ini sosok berhati lembut dan
peduli pada Howl serta menyayangi Markl dan Calcifer.
Novel: Sophie bekerja tidak dibayar oleh Fanny, ibu tirinya
yang modis, sepeninggal ayahnya yang memiliki toko topi di kota kecil Chipping
Market. Sophie gadis yang ketus, dan tidak suka bersosialisasi kecuali dengan
topi-topi hasil jahitannya. Dia suka berbicara dengan topinya, memuji mereka,
karena kebosanan di toko topi. Dia memiliki dua adik yang sayang padanya,
Lettie dan Martha. Jika Lettie bekerja di toko roti Caesari dan dikerubuti
banyak pria, maka Martha pergi ke daerah lain untuk menjadi murid penyihir
cerewet namun berhati lembut, nyonya Fairfax. Tidak betah, Lettie dan Martha
bertukar posisi, dimana Martha menggunakan ilmu sihir untuk menjadi mirip
dengan Lettie. Martha, yang kini amat bahagia bekerja di toko roti Caesari,
meminta Sophie untuk berhenti diperdaya ibunya, dan memilih untuk melanjutkan
hidup dengan hal baru.
PERTEMUAN PERTAMA DENGAN HOWL
Film: Sophie hendak menuju toko roti tempat Lettie bekerja,
namun digoda oleh dua tentara yang memanggilnya “tikus kecil”. Howl datang dan
memantrai kedua tentara, mengajak Sophie untuk berjalan bersama. Mereka
diganggu oleh makhluk-makhluk hitam, yang kemudian membuat Howl terbang bersama
Sophie, dan mengantarnya dengan anggun menuju toko roti.
Novel: Sophie hendak menuju toko roti tempat Lettie bekerja,
dan disapa oleh seorang pria perlente yang tampan. Pria itu memanggil Sophie
dengan “tikus abu-abu kecil” dan ingin mengajaknya minum. Sophie amat
ketakutan, menolak dengan ketus, dan berlalu begitu saja. Pria perlente itu
adalah Howl.
KUTUKAN THE WITCH OF WASTE
Film: The Witch of Waste adalah seorang perempuan gendut dan
menor yang sadar bahwa Sophie sempat berjalan beriringan dengan idamannya,
Howl, dan mampir ke toko topi Sophie untuk mengutuknya. Sophie amat terkejut
dan mengalami shock bahwa dia menjadi tua renta, sekitar umur 90. Dia pergi
keesokan harinya dari kota, karena tidak mau menampakkan diri dengan kondisi
seperti itu.
Novel: Berbeda dengan film, si penyihir jahat ini adalah
wanita cantik yang kurus dan modis. Dia sempat ter-offense dengan Sophie yang ketus, dan menyihirnya menjadi
nenek-nenek. Sophie tidak terlalu frustasi dengan perubahan ini dan dia amat
tenang menjadi tua. Dia merasa tua renta amat cocok dengan kepribadiannya yang
membosankan. Terkuak di pertengahan cerita, Witch of Waste datang ke toko topi
itu karena ia sadar topi hasil karya Sophie memiliki daya magis, dan ia datang
untuk menyidak siapa penyihir yang membuatnya.
KASTIL HOWL YANG KUMUH
Film: Kastil Howl bergaya steampunk, dengan desain yang unik. Kastilnya terlihat seperti
tumpukan rongsokan yang menjadi satu. Kamar di dalam kastil merupakan sebuah
rumah sederhana dengan dua kamar dan satu kamar mandi di lantai dua. Sementara
di lantai pertama hanya ada perapian tempat Calcifer, dapur kecil, rak obat dan
mantra, serta meja. Sophie tidur di sofa dibawah tangga dengan tirai penutup.
Kamar Howl merupakan kamar yang indah, dengan segala pernak-pernik otentik yang
unik dan terasa royal. Sophie
merapikan dan membersihkan debu serta mengusir hewan-hewan melata yang ada di
rumah Howl dengan tekun, dan penghuni rumah tidak masalah dengan hal tersebut.
Novel: Kastil Howl begitu klasik, dimana potongan kastil
kuno dari bata berjalan dengan tiang-tiang balok dari batu bata. Isinya tidak
jauh berbeda, hanya kamar mandi berada di lantai satu, dan terdapat beberapa
pintu lagi selain pintu utama yang mengantarkan pada halaman kecil penuh
rongsokan dan juga gudang tempat menaruh perkakas. Lantai pertama penuh dengan
obat dan mantra dalam mug-mug yang tertata. Sophie berjuang dengan keras membersihkan
rumah tersebut hingga sakit punggungnya kumat terus-menerus. Ia dianggap sebagai
ancaman dan terus dikeluhkan oleh Calcifer serta Michael. Howl memberikan
syarat pada Sophie untuk tidak membunuh laba-laba, dimana kamarnya sendiri
penuh dengan laba-laba. Kamar Howl amat kumuh dan berdebu (yaiks) dan Howl
melarang keras Sophie untuk masuk, apalagi membersihkan kamarnya.
MURID HOWL: MARKL ATAU MICHAEL?
Film: Howl memiliki murid, bernama Markl (tapi sependengaranku lebih seperti
‘Marco’) yang masih anak-anak, sekelas ABG. Dia menggunakan jubah biru untuk
menyamar menjadi pria tua setiap kali berhadapan dengan pelanggan ataupun
keluar dari kastil. Dia juga memanggil Howl “tuan” dan begitu bertanggung jawab
atas tugasnya. Penggambaran Markl begitu imut, dimana jiwa kekanakannya sering
muncul dan memberikan warna tersendiri pada jalan cerita.Novel: Namanya dieja Michael, dan disebutkan berusia 15 tahun dengan kulit gelap. Tidak ada jubah penyamaran selama berhadapan dengan orang luar. Tapi ada satu bagian dari cerita dimana ia terpaksa mengenakan jubah penyamaran yang membuatnya menjadi orang tua yang tinggi besar dengan janggut kemerahan. Dia memanggil Howl dengan nama, tanpa embel-embel majikan. Meski ABG, Michael merupakan sosok yang cukup dewasa dalam cerita. Ia juga jatuh cinta pada Martha, adik Sophie, yang bekerja di toko roti dan mendapatkan balasan.
TURNIP HEAD: ORANG-ORANGAN LADANG YANG SERAM
suasana dalam kastil & penggambaran tokoh versi novel |
Film: Sophie tidak sengaja menyelamatkan orang-orangan
ladang yang terjebak di semak, dan mendapati benda itu hidup serta
mengikutinya. Sophie tidak masalah dengan benda berkepala lobak tersebut (yang
kemudian membuatnya memanggil ‘turnip head’) dan beranggapan dia makhluk yang
baik. Turnip Head membantu Sophie masuk ke kastil Howl, mencuci baju, serta
memberinya payung disaat hujan. Belakangan, ia berubah wujud menjadi pangeran
yang hilang dari kerajaan tetangga setelah dicium oleh Sophie. Ia terkena
kutukan yang akan hilang jika dicium oleh cinta sejati.
Novel: Terjebak juga di semak, namun tidak hidup pada awal
cerita. Sophie gemar berbicara pada benda mati sejak novel dimulai (mulai dari
topi dan tongkat berjalan), dan itu pula yang dilakukannya pada orang-orangan
ladang yang kumuh tersebut. Setelah beberapa waktu, ternyata boneka itu hidup
dan mengejar kastil Howl untuk bertemu Sophie. Dalam kondisi tubuh yang menua,
Sophie selalu terkena serangan jantung (?) karena ketakutan dengan sosok
tersebut. Howl bahkan sempat menerbangkannya dengan tornado agar menjauh dari
Sophie yang ketakutan. Di akhir cerita, orang-orangan ladang ini ternyata
adalah separuh jiwa dari penyihir kerajaan yang dikutuk oleh the Witch of
Waste. Dia juga yang akan menjadi sosok penting bagi Lettie, adik Sophie yang
mempelajari ilmu sihir.
HOWL SI PENYIHIR PERLENTE
Film: Berambut pirang dan anggun, serta banyak menghabiskan
waktu di kamar mandi serta keluar untuk berpartisipasi dalam perang. Dia dapat
merubah diri menjadi manusia burung yang gagah, serta cukup sering bertukar
pikiran dengan Calcifer. Terkuak kalau ternyata kegemarannya lama di kamar
mandi adalah untuk mempercantik diri, dan merasa tidak berguna kalau tidak
tampan. Berambut asli hitam dan menenggelamkan diri dalam slime hijau saat galau. Howl pengecut dan selalu lari dari Witch of
Waste yang mengidolakannya dan Madam Sulliman, penyihir kerajaan yang hendak
menjadikannya pengganti. Ia masih kekanakan dan egois, serta selalu lari dari
masalah, namun begitu anggun dan sedikit banyak dapat diandalkan. Ia juga terus
berjuang untuk meredam perang. Karakternya berkembang seiring waktu, menjadi
lebih dewasa dan romantis saat disandingkan dengan Sophie.
si manja dengan green slime |
Novel: Totally a nuisance, Howl adalah pria playboy yang
suka mengejar wanita untuk meninggalkannya. Tidak ada perubahan menjadi manusia
burung, dan kerjaannya hanyalah keluar untuk mencari gadis sambil membawa
gitar, meski ia tidak dapat memainkannya. Michael dan Calcifer lelah karena
mereka selalu menghadapi komplain dari gadis dan keluarga yang dipermainkan
hatinya oleh Howl. Pirang dan perlente, serta lebih banyak menghabiskan waktu
di kamar mandi daripada versi filmnya. Slime hijau masih muncul saat tantrum,
dan Sophie yang ketus dapat menanganinya dengan baik. Selalu lari dari masalah
dan tidak mau tahu urusan orang, bahkan selalu cuek saat mendapatkan
pertanyaan. Calcifer pun tidak pernah sedikit pun menaruh hormat padanya.
Sepanjang cerita, iblis api itu sibuk mengeluhkan Howl dan bersikeras untuk
lepas darinya. Meski sosok yang sabar, Howl selalu bertengkar dengan Sophie,
saling melemparkan sindiran kesabarannya habis. Namun di akhir cerita, Howl
menunjukkan bahwa sebenarnya selama ini ia sosok yang strategis, cerdas, bertanggung
jawab dan peduli pada Sophie namun dengan caranya sendiri. Ia tidak mau
mengatakan rasa peduli dan menunjukkan sikap heroiknya yang muncul
perlahan-lahan karena kesadaran yang ditanamkan Sophie dan desakan keadaan.
Kejutan, sebenarnya Howl berasal dari dunia modern. Dia bernama asli Howell
Jenkins dari Wales, Inggris. Ia juga sempat masuk universitas dan ikut klub
rugby.
ANJING PENGEKOR ROMBONGAN
Film: Saat Sophie datang ke istana, dia mengira seekor
anjing yang mengikutinya adalah penyamaran dari Howl yang menjaganya. Namun
setelah beberapa scene, ternyata anjing itu milik madam Sulliman, penyihir
kerajaan yang diutus untuk membantu Sophie selamat sampai hadapannya. Dalam
Novel: Sophie datang ke istana untuk menemui raja, karena
penyihir kerajaan, Sulliman (pria, bukan wanita) menghilang berikut pangeran, dan
Howl diutus untuk mencarinya. Tapi ia enggan (malas, sebenarnya) sehingga
mengutus Sophie untuk menolak dan mencemarkan namanya agar raja tidak lagi
percaya pada Howl. Namun kejujuran Sophie akan sifat Howl yang merepotkan malah
membuat raja yakin ia memilih orang yang tepat dan akan mengangkat Howl menjadi
penyihir kerajaan, menggantikan Sulliman. Di perjalanan pulang, Sophie bertemu
dengan Witch of Waste, dan saling melemparkan ejekan. Sophie baru mendapatkan
anjing yang ia kenali sebagai anjing milik Mrs. Fairfax, dan mendapati anjing
tersebut adalah anjing jejadian karena ia sempat berubah menjadi manusia.
Belakangan terkuak manusia jejadian tersebut adalah sisa dari percobaan sihir Witch
of Waste.
Kira-kira begitulah garis besar perubahan. Masih banyak yang
bisa dibahas, namun tidak ingin membuat pembaca terlalu kehilangan kesenangan
saat menonton film maupun membaca novelnya. Didaulat sebagai novel untuk
anak-anak, ceritanya cukup mengasyikkan. Ada
nilai-nilai kekeluargaan dan hiburan yang ringan. Tentu ada lebih banyak
aksi dalam novelya. Seperti perjalanan Sophie dengan sepatu yang membawanya ke
tempat lain dengan kecepatan cahaya, kegiatan mereka di ladang bunga Sulliman
yang terganggu oleh kedatangan Turnip Head, rasa cemburu Sophie yang membabi
buta setelah menyaksikan Howl merayu seorang perempuan asing *giggle*, rahasia
kekuatan tersembunyi Sophie, pertempuran Howl dan Witch of Waste diatas
pelabuhan Porthaven yang seru dan Howl lari dengan menyamar sebagai kucing,
juga pertemuan dengan setan api selain Calcifer!
Film dan novelnya COMPLETELY DIFFERENT, jika saya bilang.
Banyak fans asli novelnya kecewa, namun Diana, novelisnya sendiri mengaku
sangat senang dengan hasil Hayao Miyazaki. Tidak perlu diperdebatkan mana yang
lebih baik atau mana produk gagal, Hayao sendiri menjadikan Howl’s Moving
Castle sebuah cerita baru yang berbeda dan menggungah, khas studio Ghibli. Bisa
dibilang karya animasinya adalah dunia paralel dari novelnya. Masing-masing
berdiri sendiri, memiliki kekuatannya sendiri, dan memiliki kesan masing-masing
yang unik.
mantap jadi tau perbedaannya, tapi alur film nya membingungkan
ReplyDelete