Pages

Friday, September 24, 2010

Cerpen - Pertarungan Sengit Rikimaru-Ayame?!!


Ayame berlari menyusuri jalan setapak panjang diantara hutan itu. Dia tampak terengah-engah sambil menggenggam erat kedua bilah pedangnya. Dibelakang, Rikimaru mengejar dengan pedang terhunus kedepan. Wajahnya tak kalah serius, dan guratan di dahinya begitu tajam.
            “Jangan kabur! Ayame!!” Rikimaru berteriak seraya menambah kecepatan larinya.
            Mengetahui hal itu, Ayame turut menambah kecepatan larinya. Jelaslah bila Rikimaru semakin tertinggal di belakang, karena sudah bertahun-tahun Ayame melatih kecepatan larinya. Ia memang tipe ninja yang melatih tubuh untuk kecepatan dan teknik, bukan kekuatan seperti Rikimaru.
            “Ayame!! Berhenti!!” Rikimaru melemparkan shuriken ke arahnya. Dengan sigap, Ayame menghindar kesamping beberapa kali.
            “Rikimaru! Bukankah kita tak perlu melakukan ini? Apa yang kau inginkan, rambut uban?!”
            “Pertanggung jawabanmu! Dimana kehormatanmu sebagai kunoichi?”
            “Aah!! Kau tahu kan aku memang seperti itu! Hentikan!”
            “TIDAK BISAAA!!”
            Rikimaru melepaskan kekuatannya. Dan akhirnya, ia berhasil berlari menyamai kecepatan Ayame. Tanpa pikir panjang lagi, Rikimaru menebaskan pedangnya pada Ayame. Kunoichi itu merespon dengan menodong balas. Keduanya beradu dalam pertarungan pedang yang mengerikan.
            Langit malam yang gelap dan angin yang berhembus dingin menambah perasaan berkecamuk keduanya. Dan tak ayal, itu memberikan tambahan betapa sengitnya pertarungan dua saudara seperguruan ini.
            Selang beberapa menit mereka betarung dengan saling menendang, menghunus, turut menjatuhkan, akhirnya Ayame kalah di hadapan Rikimaru. Dia terbaring lemas dengan kedua pedang terpental jauh darinya. Ia tidak bisa apa-apa. Kakinya pun sudah terasa begitu berat untuk diangkat.
            “Baiklah! Kau menang! Apa maumu? Apa yang kau minta dariku?”
            “Pertanggung jawabanmu. Sebagai seorang yang memiliki harga diri!”
            Ayame menggerutu. “Baik, baik, akan aku belikan lagi onigiri yang sudah kumakan itu!”
            “Benar?”
            “Benar! Ayolah, masa aku mau dihajar seperti ini lagi? Tolol.”
            Rikimaru menyarungkan pedangnya. Serta merta, ia memberikan hormat kecil pada Ayame yang sedang berusaha bangkit dari duduknya. “Terima kasih.”
            Bertarung karena makanan? Jangan ditiru di rumah…

3 comments: