Pages

Tuesday, November 29, 2016

Ramen Porsi Besar Jogja: Nagoya!


Budaya pop Jepang dewasa ini tidak kalah heboh dengan tetangganya, Korea Selatan. Banyak produk negara ini yang tumbuh dan berkembang diseluruh penjuru kota  Indonesia; mulai dari butik, mainan, dan yang paling populer tentu adalah kuliner. Sayangnya, tidak semua kulineran ini bisa mewakili rasa sesungguhnya dari Jepang itu sendiri.

Sebagai pemerhati budaya pop Jepang sedari remaja, penulis tentu sudah memahami banyak jenis makanan maupun bahan dari makanan yang diusung oleh negara maju di Asia ini. Tentu, penulis juga gemar memasak, yang mana memberikan banyak masukan terkait rasa dan istilah-istilahnya. Hal ini kemudian bertambah intens saat penulis bekerja paruh waktu di salah satu warung masakan Jepang yang cukup populer di kampung halamannya.

Meski bagi penulis semua makanan terasa nikmat, tapi itu tidak menghindarkan sifat pilih-pilihnya. Bulan pertama kepindahan di Yogyakarta, cukup sulit juga menemukan ramen yang tepat. Memang ramen Jepang yang asli sulit diterima masyarakat Indonesia pada umumnya, yang notabene berkuah 'segar' daripada 'penuh bumbu.' Ya, bangsa kita terbiasa dengan lauk pauk sarat bumbu dan rempah, oleh sebab itu banyak warung maupun restoran Jepang yang memodifikasi bahan dan bumbu dalam menu mereka agar lebih bisa diterima lidah Indonesia. Atau dalam beberapa kasus, menggunakan bahan subtitusi untuk menekan harga juga. Sudah jadi aturan umum  bahwa jika ingin kuliner Jepang yang otentik, maka pergilah ke restoran mahal. Disana, biasanya mereka tetap menggunakan bahan-bahan otentik dan impor negara asalnya untuk menjaga rasa.

Baru-baru ini ada warung Jepang yang buka di daerah Sayidan. Well, sebenarnya bukan tepat di Sayidan, namun setidaknya tidak begitu jauh darisana. Warung sederhana ini bernama Nagoya, dengan aksen khas merah yang khas. Hari itu Yogyakarta terasa dingin karena sedang pancaroba, dan ramen hangat adalah pilihan yang tepat. Baru pertama kali kesana, penulis merasa tidak kecewa sama sekali. Servisnya sangat ramah. Bahkan saat memilih menu, waitress tidak segan untuk menjelaskan menu dan menanyakan selera pelanggan, untuk memilih menu yang tepat. Satu nilai plus sudah penulis berikan untuk ini.

Menu dihidangkan kira-kira 5-10 menit setelah memesan. Tidak menyangka, ramennya ternyata dihidangkan dalam mangkuk putih besar. Datang tidak terlalu panas, ramen ini bisa langsung dinikmati. Untuk mienya cukup standard; tidak begitu kenyal, kurang padat. Mungkin efek memasak yang terlalu lama? Yang spesial tentu ada di kuahnya. Dengan aroma ebi yang khas, kuah ramen Nagoya berhasil mengantarkan rasa otentik Jepang. Ditambah dengan topping udang yang fresh, jamur, serta nori, cita rasa ramen ini begitu menggugah. Tak mau ketinggalan trend anak muda, Nagoya juga memberikan 'level pedas' mulai dari level 1, level 2, dan seterusnya. Untuk tiap levelnya diberikan tambahan biaya 500 rupiah.

Selain ramen, penulis juga sempat mencicipi okonomiyaki khas Nagoya. Ada 3 pilihan topping yang disediakan disini. Sebagai perkenalan, penulis mengambil okonomiyaki klasik; toppingxxx. Sebagai pecinta okonomiyaki, tentu ada banyak pertimbangan dalam mengatakan berapa rating okonomiyaki ini. Tapi yang jelas, seumur-umur penulis menikmati okonomiyaki, belum pernah menemui okonomiyaki se-crispy ini. Luarnya garing, dan dalamnya lembut. Saking garingnya, terdengar suara gurih saat menggigitnya.

Bertolak dari okonomiyaki original, bahan-bahan dasarnya tentu tidak akan dapat menghasilkan crispy sedemikian rupa. Bisa dipastikan ada bahan subtitusi disini, atau takaran tertentu yang unik. Okonomiyaki yang original juga memiliki bahan dasar kubis dan sayur yang banyak. Sayangnya Nagoya tidak sepenuhnya berpatok pada standar ini, dan rasanya seperti "bakwan" bundar besar. Minus ini tertutup oleh saos okonomiyaki dan toppingnya yang otentik dan nikmat. But overall, I'll give this 7.5/10... sementara untuk ramennya 8.6/10

Jika tidak ingin dua menu diatas, di Nagoya masih ada sushi dan takoyaki. Belum mencicip semua, namun terlihat menggiurkan dan akan kembali lagi. Price rate Nagoya antara 15 ribu hingga 30 ribu rupiah. Selamat berburu!

Wednesday, November 16, 2016

Diskonan Roti di Yogyakarta!

Ndak biasa berkeliaran di mall sampai larut kalau tidak bertujuan khusus, namun sekalinya nyoba keliaran, dapat jackpot.

Sering dengar dari ibu-ibu arisan, yang notabene sangat lihai dalam perihal ini, bahwa toko-toko roti di mall kalau malam ada diskon besar-besaran. Ada yang bilang kalau diskonnya terang-terangan di etalase toko tersebut, tapi ada juga yang bilang harus lewat belakang atau sejenisnya. Aku tahun ini berumur 25 dan belum sekalipun menemukan. Tapi malam ini akhirnya dapat juga.


DIMANA DISKON INI BERADA? 

Diskonnya berada di BAKE MART, sebuah toko roti yang jadi satu dengan Hypermart di Hartono Mall, Yogyakarta. Berada dekat eskalator turun menuju parkiran basement, tidak sulit menemukan tokonya. Hypermart ini kerap mengadakan promo bahan makanan di terasnya, terutama di weekend. Hari itu pukul 9 kurang, aku buru-buru mampir Hypermart untuk beli 1-2 keperluan mendesak. Saat keluar dan menoleh ke toko rotinya (yang mana sering kulakukan), di rak terdapat tag merah bertuliskan DISCOUNT 50%. Meski tidak semua roti mendapatkan tag, namun kesempatan ini cukup membahagiakan. Roti yang normalnya berharga 8000an per biji, menjadi 4000an saja.


BIASANYA KUALITAS ROTI SUDAH TURUN SAAT DI DISKON? 

Tidak sama sekali. Aku mencicipi 3 jenis roti, dan ketiganya masih terasa enak. 3 roti ini adalah roti selai, roti selai-keju, dan roti sosis. Selainya masih terasa segar dan harum. Kejunya juga masih terasa gurih. Untuk roti sosisnya bahkan tidak mengalami banyak perubahan; mayonaise, saus, dan sosisnya masih enak. Tidak ada penurunan rasa atau berubah bau. Yang spesial, adonan rotinya juga masih empuk dan nikmat. Tidak berubah bentuk karena sudah diberi topping-topping basah sekalipun. Sangat worth!


DISKON DIMULAI DARI JAM BERAPA HINGGA JAM BERAPA? 

Untuk ini saya masih belum jelas. Tapi Hartono Mall kerap tutup jam 21.30, jadi coba datang pukul 9 malam kurang seperti saya, untuk pastinya.


VARIAN ROTI YANG DISKON APA SAJA?

Roti yang didiskon adalah roti yang bertag merah DISC50%, tertempel di tiap-tiap wadah roti. Tidak semua roti dan cake mendapatkan diskon. Jenisnya antara lain roti semir, roti tawar, roti manis (topping selai, gula, krim), dan roti asin (dengan topping sosis, abon)


ADAKAH DISKON LAGI SELAIN ROTI?

Yap! Jika masuk ke dalam Hypermart Hartono Mall, mampirlah ke area sayur dan buah. Disana terdapat SALAD BUAH dan RUJAK BUAH bahkan terkadang ada PISANG COKLAT yang satu porsinya seharga 10.000 rupiah/cup. Jika sudah pukul 8 atau 9 malam, mulai ada diskon 20% untuk semua item tersebut. Rasa masih sama seperti saat pagi, jangan khawatir.

Ambil cup yang sudah disediakan, lalu isi sendiri dengan rujak buah/salad/pisang cokelat hingga cup penuh. Segera bawa ke bagian pojok belakang (tempat penimbangan) untuk disegel dan diberi tag harga. Mereka juga menyediakan sendok sekali pakai disana.



Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda sekalian. Dengan membeli barang-barang diskon ini, anda membantu toko untuk tidak membuang-buang makanan ;)

Saturday, November 12, 2016

FB Commet Plugin: Hampir, tapi Gagal!

Lucu sekali mencoba sejam dua jam mengotak-atik blog agar mendapatkan facebook comment plugin lol. Dengan tujuan, mendapatkan banyak masukan lagi. Zaman sekarang, siapa sih yang nggak pakai Facebook? Dengan menautkan blog ke Facebook, tentu teman-teman yang tidak punya akun Blogger atau G+ (atau memang sekedar malas) akan lebih proaktif. Menautkan komentar semudah update status, yang banyak dari kita lakukan secara daily, yea.

BUT WELL.... saya hampir berhasil, but pada akhirnya gagal juga akakakak. Mungkin saya yang kurang sabar atau memang html code saya agak gak keruan. Padahal mengingat dulu, zaman SMP saya sangat freak utak-atik html code simpel. Sekarang semua menguap begitu saja.

LOOK AT IT! Pojok kiri atas! Pluginnya melayang di tempat yang salah. Lmao. Sepertinya cukup untuk petualangan kali ini. Besok-besok mencoba lagi lol.


Wednesday, November 9, 2016

New World Order: Saya Setuju

Aku sedikit banyak mendukung rencana kerja New World Order. Ya, perkumpulan yang kalian benci dan sudut-sudutkan sebagai penjahat dunia. But sshh, setiap perkataan punya alasan. Dan aku punya alasanku tersendiri. Aku bukan fans mereka, atau murni mendukung kebenaran yang dijungjung oleh mereka. But hey, mari kita berdiskusi dari hati ke hati, melihat sesuatu tidak dari satu perspektif.

Pernah mengecek news feed medsos, atau ikut grup jual beli online, kemudian segera ilfeel saat melihat seseorang memposting atau merespon sesuatu dengan liar, yang amat out of topic? Tentu sering. Sebagai contoh, seseorang berjualan baju dalam wanita, namun kolom komentar penuh berisi pria-pria dengan kalimat-kalimat iseng dan bodoh. Atau artikel yang membahas tentang prestasi seorag pemimpin dari ras minoritas, namun dipenuhi komentar SARA dan membawa pasal serta ayat-ayat kitab suci tertentu yang sebenarnya ndak ada hubungannya sama sekali? It’s all trashy. You may say, stupidity.

Tidak ada yang bisa disalahkan dari hal ini. Setiap orang merdeka untuk mengutarakan isi kepalanya. Atau memang sesungguhnya tidak ada isinya, hanya angin semata berputar disana, membusuk dan keluar sebagai angin bau. Terlalu sok jika sepenuhnya menyalahkan pola pendidikan formal. Sepintar-pintarnya anak di sekolah. Jikalau saat pulang kerumah dia menyaksikan ibunya membuang sampah di sungai atau ayahnya melempar sperma sembarangan, tetap saja anak ini akan menjadi gumpalan kerusuhan

Kumuh. Rusuh. Ndak bisa berpikir positif. Bumi sudah semakin menua, manusia semakin manja. Seleksi alam tidak lagi berjalan aktif. Yang bekerja keras bisa dikalahkan oleh yang malas hanya karena tumpukan uang. Yang jujur ditebas oleh manipulasi, membuat kejujuran menjadi tabiat langka. Hilang sudah ingatan kita semua akan buku-buku PMP, PPKn, Budi Pekerti. Formalitas hanya formalitas. Guru tetap menjadi pahlawan tak terlihat jasa.

Saat kita tengah hura-hura melempar kata-kata kotor dan bertengkar bersama, para petinggi, filsafat, dan ilmuwan melihat kita dengan tertawa. Mengapa menyia-nyiakan energi dan kemahabesaran otak untuk hal seperti itu. Kita tidak ubahnya kotoran yang bandel, berlarian di kaca mobil. Mengganggu pandangan, membawa pada kecelakaan. Selalu seperti itu. Apa yang bisa membawa kita pada keseimbangan? Sekali lagi, seleksi alam.
.
.
.
Aku malas melanjutkan karena pasti akan timbul salah paham. Entah mengapa, selalu banyak yang tidak menangkap penjelasanku dengan baik, dan mengatai aku radikal, blebleble. Darisitu sendiri aku sudah mengambil teori seleksi alam. Aku bisa berteman baik dan intens hanya dengan orang-orang yang bisa memahami essaiku, atau bahkan mencerna dan memantulkannya dengan baik. New World Order bekerja dengan cara yang sama. Degenerasi otak, bermain kode acak, manipulasi, semua itu untuk melakukan seleksi. Tidak ada gunanya sampah berserakan di jalan. Kita semua sampah. Kita harus segera bergegas ke liang kubur dengan sadar.

Bagaimana agar diri tidak menjadi sampah? Belajar dengan giat, menjadi lunatic, memuja rasionalism? No. Jadilah pribadi yang berguna untuk orang lain secara positif. Hormati tanaman, sayangi hewan, jaga lingkungan. Jangan enggan untuk menghardik orang yang membuang sampah sembarangan, menerobos lalu lintas, atau tidak mau antri. Aku pernah membuat seorang anak kecil menangis karena aku menyuruhnya antri. Tidak ada penyesalan. Seperti yang kita tahu, bangsa kita bangsa yang bebal dan sulit dinasehati. 

Merengek dan meminta sudah biasa, kita lupa kalau punya harga diri. Jadi, coba lihat dirimu, apa kabar harga diri dan justice? Kalau mau merubah nasib dan dunia, rubahlah diri kita sendiri terlebih dahulu. 

Monday, October 24, 2016

The Warm Emina: Jatuh Cinta pada Pulasan Pertama

Baru kenal dengan Emina saat baru pindah ke Jogja. Lebih tepatnya juga mungkin baru dua atau tiga bulan saya tahu Emina. Ini gara-gara main ke salah satu mall di daerah utara Jogja. Cukup berjarak karena saya tinggal di selatan Jogja dan nekat hura-hura kesana. Seperti biasa, saya malu-malu untuk menghampiri tenant yang berbentuk stall mini berwarna pastel
Counter Hartono Mall Jogja
tersebut. Stall apapun, terutama make up, seakan-akan membuat saya yang biasanya reckless ini menjadi ciut.

Akhirnya baru berani menghampiri saat dua teman dari kota sebelah datang dan minta ditemani ke stand emina. Kalau ramai-ramai begini tentu bisa lebih nyaman, dan ternyata spg emina (disebut Emina Girls) di tenant Hartono ini sangat ramah. Tidak seperti spg make up yang biasanya terkesan judgmental (sorry lol), Emina Girls cabang Hartono Mall sangat hangat. Dia juga memberikan saran dengan humble, seakan seperti kakak sendiri. Akhirnya para pelanggan menjadi lebih nyaman saat mencoba dan bertanya-tanya produk. Saya yang biasanya sangat berhati-hati dalam testing make up, disana menjadi luwes lepas, karena Emina Girls justru menyuruh saya untuk mencoba produknya langsung. Seperti eyeshadow ya silahkan dicoba di mata langsung, lipstiknya langsung di bibir, dan sebagainya. Mereka tidak memaksa dan sentimen, itu membuat saya dan teman-teman semakin membuka diri dan akhirnya mengenal baik produk-produk Emina.

Emina menarget para gadis muda untuk produknya. Dimana gadis-gadis ini masih awam dengan makeup, atau belum berani mengenakan makeup secara bold. Lepaskan Kylie Jenner, dia bukan patokan untuk bermakeup segar ala gadis muda. Be fresh and sweet, mungkin itu yang Emina gaungkan. Jadi tidak heran bedaknya sangat ringan, warna lipstik dan eyeshadownya juga pastel lembut. Cocok untuk digunakan sehari-hari seperti kuliah, kantor, atau hangout. Saya pribadi sangat klop dengan prinsip ini dan menjadikan lipstiknya senjata utama hampir setiap hari. Emina Girls juga lah yang memberi saya saran tentang warna lipstik yang cocok, sehingga wajah tampak segar bahkan tanpa

bedak sekalipun!

Untuk menunjang target pasarnya, Emina mematok harga yang sangat friendly. Sebagai contoh, salah satu produk lipstiknya yang saya gunakan sehari-hari, seri Creme de la Creme, hanya berkisar 30ribuan. Lipstik ini memiliki warna yang pekat, sekali pulas saja sudah dapat menutup dengan sempurna. Moisturizernya juga tinggi sehingga tidak membuat bibir kering
pada saat maupun sesudah pemakaian. Creamy namun tidak glosssy, seri Creme de la Creme ini cocok untuk daily use, bahkan kuliah sekalipun. Pada saat saya buru-buru dan tidak punya banyak waktu untuk memulas wajah, lipstik ini menjadi andalan. Dengan cermin kecil ditutupnya, rasanya bisa memulas dimanapun dan kapanpun ♡

Produk kedua yang saya miliki dari Emina adalah eyeliner crayon. EYEDO! merupakan eyeliner crayon dari Emina dengan tekstur yang pekat, pigmented, dan awet. Pengaplikasiannya juga terasa lembut dan nyaman di mata, cocok untuk anda yang sensitif atau memang belum terbiasa (dan belum pernah) menggunakan eyeliner pensil/crayon. Sebagai gadis aktif, eyeliner seperti ini sangat dibutuhkan. Keringat dan kondisi cuaca yang ekstrim (panas berlebih, hujan) tidak banyak merubah pulasannya di mata saya. Spesialnya, jika salah pulas atau ingin smudging, EYEDO! memiliki 'spons' di sisi lain pennya, berbentuk seperti ujung pensil yang tumpul dan lembut. Cukup pulas di bagian yang diinginkan, sama seperti penghapus karet dan pensil di kertas. Tekan agak tegas jika ingin menghapus, atau baur pelan-pelan jika ingin smudge. Dengan cara ini, EYEDO! bisa bertindak sebagai eyeshadow ♡

Mungkin karena masih tergolong baru, Emina memberikan bonus dengan syarat jumlah pembelian tertentu. Entah ini juga berlaku di tenant lain atau tidak, kemarin saya dapat sampel produk suncreen-nya. Mungkin ini hidayah juga, karena saya tidak pernah pakai sunscreen. Pakaipun hanya saat renang saja, dan itupun kalau tidak lupa bawa *lol* Formula sunscreennya cukup ringan dan meresap dengan baik. Seperti produk sunscreen pada umumnya, gunakan sebelum keluar dan tunggu sekurangnya 15 menit, agar produk meresap dengan baik. Sempat skeptik, namun ternyata formulanya yang ringan tidak membuat saya badmood, berbeda dengan sunscreen merk lain yang pernah saya gunakan. Dengan wajah berminyak saya yang bandel, sunscreen ini amat friendly dan tidak merusak riasan. Sepertinya produk ini akan menjadi andalan saya untuk jangka panjang.

Aplikasi lipstik & eyeliner crayon Emina
Jika masih terasa asing dan belum sepenuhnya percaya dengan Emina, mungkin harus segera ditepis. Hari itu di sebuah drugstore, saya sedang melihat-lihat makeup. Saya punya kebiasaan melihat label belakang makeup; bahan-bahan, tanggal kadaluarsa, instruksi tertentu, bahkan produsen. Darisitu saya terkejut juga kalau ternyata Emina, Wardah, dan Make Over adalah saudara. Well, ini cukup menjelaskan kenapa saat mencoba bedak Emina, saya seakan familiar dengan produk lain. Tidak perlu ditanya juga reputasi dan kualitas dua saudara Emina ini. Tentu Emina memiliki kapabilitas yang tidak jauh berbeda, in positive ways.

So girls, tunggu apalagi. Go get your sweet looking enhanced by Emina ;)

Saturday, October 22, 2016

The Sims 2 "Please Insert Correct CD-Rom" Solved!

What’s more shocking than a new notebook without game?  My cat died, for sure. Since kid, I remember to waste my time in front of computer to relieve stress or just simply have fun.

One of my favorite was The Sims 2. Even I grew up (badly, lol) this game still lurks on my netbook. Until recently, I must bought a new netbook, and found out that I couldn’t installed The Sims 2 properly. I even downgrade my Windows 8.1 version into 7, and had no hope either. It keeps popped “Please Insert Correct CD-ROM, select OK, and restart application! I’ve put the right CD (with virtual drive)countless time and had my mind blown with this fact. For a while.

I wanted to put a crack, but I had bad experience with it. So I move along, tried any version of virtual CD (like Power Iso, Daemon) and still lost. Several people stopped here and found it’s successful but not me. Yet still, many has gives up. No i won’t. I keep trying, with support from cheesecakes, red velvet cakes , (and sometimes) healthy-sour-taste breads, I’ve survived.

The answer is just use Alcohol.

 Forget the daemon and Power Iso. The newest version aren’t compatible with our windows tho. But Alcohol did. No i don’t mention about buying a bunch of bottle drinks and loosen up your shits. It’s Alcohol 120% software by Alcohol-soft. A bit cute name for a software, but it really helpful. My Sims 2 works with this. No worries about versions, the newest one works for the game.

Alcohol 120% interface

Mount the CD (iso files or so) with Alcohol 120% and play your game joyfully. There are free version for download (), but if you had spare money please support the software. Have a nice day.


<<<<< DOWNLOAD LINK FOR ALCOHOL 120% FREE >>>>>>>>>>>>>>

http://www.alcohol-soft.com/designzoo/downloada120fe.html

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

   

Friday, October 21, 2016

Kodrat untuk Tangis

Seringkali berkata pada diri sendiri, tidak ada gunanya menangis. Orang yang ditangisi tidak akan pernah mendengar atau mau mengerti. Kita cuma membuang waktu. Tapi, bukankah menahan sedih dan sakit dalam sendiri itu lebih membuang dan merusak diri sendiri?

Menangislah. Tuhan menciptakan tangisan bukan karena sebab. Manfaatkan kemurahan Tuhanmu, menangislah. Namun jangan tunjukkan tangismu pada orang lain. Tunjukkan hanya pada dirimu dan Tuhanmu, maka kamu telah menjadi orang yang kuat.

Monday, October 10, 2016

H&M: Officially Opened at Yogyakarta!


Not a big fan of fashion and branded thingy, but I think this one
is worth to tell. It's H&M. Aku kurang tahu bagaimana cara membacanya disini. Eijh en em, atau ha en em, atau mungkin bisa ha dan em. Fyi, H&M adalah kependekan Hennes & Mauritz, line clothing multinasional yang semula lahir di Swedia tahun 1974. Outletnya sendiri sudah merambah di penjuru Asia, Amerika, Eropa, Timur Tengah, dan bahkan Afrika. Brand ambassador untuk line ini adalah David Beckham dan Kevin Hart (yang kemarin sempat berkesan bagiku karena mengisi
suara Snowball di Secret Life of Pet). Masyarakat Jogja histeris atas dibukanya tempat ini. Bahkan sebelum tempatnya resmi dibuka, aku sering memergoki orang bertanya kapan  dibuka, dan detail2 lain pada official yang rajin berjaga. Bahkan booth voucher yang nangkring jauh sebelum toko dibuka resmi juga sering diburu.

Tahu pertama kali saat aku main ke Hartono Mall, sebuah mall yang menurut saya amat besar dan mewah, di utara Jogja. Letaknya strategis, di tepi ringroad utara. So yeah, aku yang tinggal di selatan Jogja, dekat dengan ringroad selatan, mainnya ke utara. Fab. Ini dikarenakan aku punya kelompok bermain game arcade di utara, dan (terpaksa) setia kesana.

Sepanjang aku berada di mall (untuk main dulu 2 jam, haha) aku melihat banyak orang lalu lalang dengan shopping bag putih beraksen merah. Waw nggak terbayang berapa puluh orang yang mengunjunginya dalam hari itu. Tidak sulit menemukan H&M. Dari parkiran basement, tinggal naik dua lantai dan voila, dia tepat berada di samping eskalator (jika naik dari eskalator depan Hypermart). Tempatnya panjang dan sparkling, dengan interior putih dan lampu yang gemerlap. Aku datang saat hari Minggu, dan bayangkan betapa riuhnya disana.


Pintu masuknya dijaga oleh security yang kece. Tidak tanggung, para pramuniaganya sepertinya juga diberi kebebasan untuk berekspresi dalam fashion. Dengan default polo shirt merah, mereka bebas mempadu padankan dengan helaian kain yang lain. Tidak  hanya attire, servis mereka juga tanggap dan cepat dalam menangani produk yang sekedar berantakan atau out of stock. Jujur, saya memuji manajemennya. Tidak hanya pramuniaga yang meriah, seorang FDJ sedang meliuk-liuk ditengah toko, memberikan atmosfir trendy. Orang jadi penuh semangat dalam mengarungi toko. Entah ini berlaku juga saat weekday atau tidak.

Antusias masyarakat atas H&M

Koleksinya jangan ditanya. Untuk anak-anak, remaja, hingga dewasa tersedia disini. Mulai dari kaos kaki hingga topi, H&M berhasil memberikan pilihan yang luas. Desainnya
kerap unusual, namun tetap berkelas. Ada yang minimalis modern, tapi tidak membosankan. Well aku tidak bisa mengungkapkan dengan benar karena memang bukan orang fashion dan tidak paham terminologi fashion, lol.

Vouchernya sendiri memiliki sistem beli. Dan well, hanya untuk nasabah bank BCA. pembelian dengan kartu kredit BCA akan mendapatkan potongan harga 100ribu, dengan pembelian minimal 500.000. Sementara kalau pegang debit BCA, hanya dapat potongan 10% saja. Ini kesempatan yang bagus untuk sahabat BCA sekalian.
Voucher dapat dibeli di depan toko

Untuk opening celebration, H&M Hartono Mall Yogyakatta memberikan penawaran harga istimewa. Kurang tahu sampai kapan, namun outletnya sendiri baru dibuka kurang dari seminggu ini, jadi sepertinya ada harapan bahwa promonya akan berlangsung lama. Happy shopping!

Wednesday, October 5, 2016

Hangat Bajigur di Rintik Riuh Jogja


Bicara soal kepindahan sementara saya ke Jogja untuk studi, saya sempat tertawa saat mereka punya kata2 kotor "bajigur" karena itu adalah sebutan makanan. Lebih tepatnya minuman khas Jawa Tengah. Bajigur, atau cimoy, merupakan minuman tradisional hangat berwarna kecoklatan dengan potongan kolang-kaling, kelapa muda, dan roti tawar. Manisnya gula jawa merebak di lidah, menjadikan bajigur sebagai teman disaat hujan yang paling berada.


Jujur saya belum tahu bagaimana rasa dan bentuk sesungguhnya dari bajigur. Serta apa dosanya, hingga dijadikan bahan umpatan. Meski banyak yang bilang bajigur gampang ditemui, nyatanya tidak ada warung yang menyediakannya. Beruntung saya tukang ngluyur malam, saya jadi menemukan bahwa di dekat kampus saya ada angkringan  (gerobak makanan lengkap dengan kursi panjang dan menu2 sederhana) yang menjual bajigur disaat malam. Jadwal angkringan ini sangat random. Saya kerap menemukannya tidak berjualan, namun saat sudah standby, angkringan ini cukup banyak peminatnya.


Tidak ada menu minuman selain bajigur, angkringan ini tidak mengecewakan. Makanan yang dijual variatif. Sate ayam, sate usus, sate telor, bacem tahu tempe, aneka gorengan, dan beberapa jenis kerupuk. Nasi kucing (nasi bungkus dengan porsi sedikit dan sejumput topping) yang dijual meliputi nasi tempe, nasi sambal teri, dan nasi usus. Kadang juga ia menjual mie kucing. Begitu saya menyebutnya karena porsinya yang kecil dan dibungkus sama seperti nasi kucing. Sangat sederhana, namun ada yang istimewa.

Yoyakarta jarang mengolah usus. Mungkin itu yang saya dan
rekan, yang berasal dari Jawa Timur, mengeluh. Banyak-banyak usus hanya kami temukan dalam bentuk sate, dan berada di angkringan-angkringan. Namun di angkringan dekat kampus saya ini, nasi kucing ususnya istimewa. Tidak kering seperti angkringan yang lain, ususnya dibumbu agak basah, dengan rasa yang amat mirip seperti kare. Bukan seperti kare-kare Jogja yang mild, karenya lebih ke rempah yang kuat dan sedikit pedas. Tidak seperti Jogja yang terkenal masakannya manis dan mild, banyak orang memburu nasi usus disana. Bahkan partner saya bisa makan 3 atau 4 bungkus sekali datang!

Saya bukan tipe yang suka datang ke angkringan, karena kerap dijadikan tempat nongkrong laki-laki berkerumun. Well yes, saya takut dengan lelaki. Bahkan saya pernah digoda juga di angkringan, membuat saya akhirnya tidak nafsu makan. Tapi suatu sore, saya melihat seorang gadis remaja dan seorang bapak tua mendorong gerobak angkringan ditengah gerimis. Saya ingat keduanya merupakan pemilik angkringan bajigur dekat kampus yang pernah saya datangi karena penasaran dengan bajigur. Kedua orang ini menunggui angkringan hingga larut malam. Saya sempat khawatir dengan kondisi bapak tua yang sudah gemetar saat menyodorkan gelas, dan bagaimana si remaja bisa belajar dan konsentrasi sekolah jika harus seperti ini. Mungkin inilah yang mendorong kuat saya untuk terus membeli disana. Mendorong UKM, begitu yang saya kerap kali bilang ke teman-teman. Well, tapi ndak menyesal karena disana memang enak dan tidak mengecewakan. Namun sudah beberapa bulan ini kedua orang itu tidak lagi tampak. Berganti dengan bapak-bapak yang suka mengenakan topi. Ingin bertanya namun tidak enak, mungkin menunggu kesempatan.

Angkringan ini aktif sehabis maghrib-isya, dan setahu saya pukul 11 malam dia masih aktif. Dia berada di sebuah tenda kembar, bersebelahan dengan warung rica-rica (yang jadwalnya juga random hahaha). Berada kurang lebih 200 meter ke selatan dari Plengkung Gading, angkringan ini ditutupi dengan baliho BAJIGUR = CIMOY berwarna hijau. Dia tepat berada di seberang kantor UV INDO.

Sempatkan diri anda mampir dan menikmati syahdunya suasana Jogja dari kesederhanaan.
Lokasi angkringan dengan tanda X

Sunday, June 19, 2016

Siksa Batinmu Selama Mungkin

Seringkali berkata pada diri sendiri, tidak ada gunanya menangis. Orang yang ditangisi tidak akan pernah mendengar atau mau mengerti. Kita cuma membuang waktu. Tapi, bukankah menahan sedih dan sakit dalam sendiri itu lebih membuang dan merusak diri sendiri?

Tuesday, June 14, 2016

Babbling about Love at June


It's funny how I got inspired by a shounen-ai manga for this time. Yes, rather than normal-love-story. Always. Lol. Memiliki lover, atau crush, memang sebuah berkah. Apalagi jika dia juga menerimamu apa adanya, merengkuh dengan hangat semua keburukanmu, dan bersama mencari jalan. Tidak salah satu yang harus berjuang dan merengek, tapi memang keduanya. Itulah inti dari cinta fana manusia.

Menjadi pemuja feminis --yang mana aku belum bisa bilang aku sudah menjadi seorang aktivisnya-- di benak ini selalu berputar fakta bahwa pria itu selevel dengan kita, atau setidaknya dibawah kita. Paradigma ini membawaku bertingkah egois jika dihadapkan dengan pria. Aku berhak menuntut mereka, mencaci mereka, dan saat ada kesempatan dan posisi, aku harus membeei pelajaran terpahit dalam hidup mereka. Menelusuri bagaimana ini semua bermula, Sigmund Freud mungkin sudah memberikan jawaban yang logis; tersakiti di masa lalu, tertumpuk di alam bawah sadar, dan boom. Tidak ada lagi rasa belas kasihan untuk pria.

Sayangnya rasa sakit ini tidak hanya berasal dari masa lalu. Masa sekarang, atau present, juga memberikan banyak masukan negatif terkait anxious terhadap pria. Semakin lama, keraknya tidak semakin bersih, namun bertambah. Masih belum menemukan cara berdamai dengan diri sendiri, namun pelampiasan terhadap objek di realita itu menyenangkan. Sebut saja bantal, facebook, dan kertas serta pensil. Paling parahnya lagi, saat ada pria yang terang-terangan menyukaimu, dengan sengaja dan bahagia kamu menjatuhkan mereka dengan penolakan, dan membuat mereka merenungi lagi akan makna kehidupan. Itu jahat, tapi sudah terjadi dan tidak bisa ditarik kembali.

Tapi ada masa dimana saat kamu menangis tersedu-sedu akan buramnya masa depan, pria ini tidak bertanya apapun dan segera reflek memeluk. Muncul dari persahabatan dan berjalan sebagai pria yang mencinta, ketulusannya memberikan pandangan baru bahwa semua akan baik-baik saja. Semua pasti akan baik-baik saja saat kita bersama. Selamanya akan begitu. Pernahkah kala kita luar biasa naik pitam dan hanya dengan dua-tiga patah kata menjadi sangat tenang dan menjadi orang paling beruntung di dunia? I was. Namun sekali lagi, semua harapan dan ketulusan itu runtuh. Bak pondasi rumah yang sudah mulai dibangun, hancur begitu saja dan tidak akan lagi dilanjutkan pembangunannya. Developernya memilih mencari tanah baru untuk membangun rumah baru. I wonder apakah dia sudah mendapatkan lahannya? Karena aku belum.

Writing this crap really exhaust me.

But I keep continue.

Aku selalu suka aroma butter dari kue yang matang. Manis dan menggugah, tapi memuakkan saat berlebihan. Bau hujan juga menyegarkan, namun entah kenapa membuat hidung terasa hambar jika terlalu lama. Tapi bau khas dari lawan jenis, entah ini selalu membuat nyaman. No, no, aku tidak membahas body odor. Tapi lebih ke bau khas, seperti bau bayi yang memang khas. Mereka bilang bayi memiliki bau nyaman karena mereka tidak punya dosa. Sementara aku, berkata dengan lembut, bahwa kau memiliki bau yang menenangkan karena cinta.

Meski sedekat apapun dengan pria, saat dia menjadi sahabat, aku tidak pernah tertarik dengan baunya. Tapi saat aku mencinta, berada di dekatnya seperti berada di kasur. Wait what. No no, maksudku bukan seperti itu. Lebih pada betapa nyamannya diriku, seakan aku bisa terus berdampingan tanpa memikirkan yang lain.

But yea, guess what, itu cuma wacana. Aku pada akhirnya tidak bisa tidak memikirkan hal yang lain. Cinta butuh pengorbanan, butuh perjuangan, dan butuh konflik. Aku bisa terus mencinta, tapi aku tidak bisa bersama. Tidak ada yang namanya kebahagiaan selamanya. Yang bisa dilakukan hanyalah merana, namun aku tidak mau jadi pengemis. Kita semua kuat. Wanita adalah sosok yang paling kuat. Kita bisa menjinakkan singa dengan lemah lembut, kita bisa menaklukkan gajah dengan cinta kasih. Tidak perlu menghilangkan kewanitaanmu untuk menjadi perkasa. Kita sudah perkasa dari dalam.


Saturday, March 26, 2016

Review: PIXY and Me: Unforgettable Presents

Nah, I'm not beauty blogger. I'm just a plain little girl (wat) with so many things on my head! Make up-an hanya saat acara tertentu saja, seperti cosplay atau kondangan. Lucky me, dalam salah satu kompetisi cosplay yang saya ikuti, berhasil meraih peringkat dua dan mendapatkan bingkisan yang menarik; sepaket kosmetik PIXY dan body treatment milik GATSBY. Mungkin ini bisa dikatakan salah satu hadiah terindah dalam jam terbang saya *lol*

Perlengkapan Gatsby-nya tentu tidak saya gunakan, namun saya berikan pada rekan. Terlalu maskulin, dan saya sudah setia dengan beberapa produk perawatan tubuh yang lain. Untuk PIXY jangan tanya. Saya segera menggunakannya sehari setelah membuka bingkisannya. Ada toner, bb cream, bedak, blush on, mascara, dan lipstik.

Muka saya yang berminyak cenderung membuat saya terlalu pilih-pilih kosmetik. Namun untuk Pixy, tidak banyak keluhan yang saya tumpahkan disini.
di foto ini menggunakan semua produk pixy yang tertera dibawah, 
namun untuk eyeliner menggunakan Maybelline *lol*

~PIXY BB CREAM~
Banyak yang sharing ke saya bahwa mereka cocok dengan bb cream satu ini. So do I, karena tidak membuat wajah saya semakin berminyak seperti produk bb cream komersil lain yang sebelumnya saya gunakan. Sangat awet, bahkan saat saya buat berkegiatan seharian, bb cream ini masih menempel (meski tidak 100%, ya) di wajah saya yang berminyak. Tidak menggumpal parah dan relatif nyaman, saya mulai menjatuhkan pilihan bb cream Pixy untuk seterusnya

~PIXY COMPACT POWDER PURE FINISH~
Selain untuk daily, saya juga menggunakan bedak lembut ini untuk finishing touch make-up formal (seperti untuk kondangan, dll) Bedaknya lembut dan halus. Daya tutupnya rata dan mulus, sehingga tidak begitu terlihat seperti menggunakan bedak saat saya mengaplikasikannya ke wajah. Namun mungkin karena wajah saya yang berminyak, bedak ini bertahan 2-3 jam saya untuk aktivitas outdoor (berkendara, hangout diluar, dsb) Kecuali jika dikombinasikan dengan pixy bb cream, bisa bertahan hingga 4 jam, dengan kondisi kulit saya. 

 
  ~PIXY BLUSH ON~
Blush on saya 3,5 gram dengan kode Innocent Pink 01. Warnanya sangat soft, dan saat diaplikasikan, tidak mencolok dan memberikan rona lembut yang natural. Sangat cocok untuk makeup sehari-hari dan natural. Sejak mendapatkannya, saya jadi lebih sering ber blush-on ria untuk makeup daily dan mendapat pujian dari teman dekat  (♥_♥ ) ~♪




~PIXY VOLUMIZING WATERPROOF MASCARA~
Benar-benar membuat bulu mata semakin berisi, tebal, dan tahan air! Saya selalu menggunakannya, bahkan saat hujan. Dan ya, benar-benar waterproof! Warna hitam pekat dan efeknya masih bertahan dengan baik. Mascara ini mempunyai 2 sisi sikat. Penggunaan pertama, pulas bulu mata dengan sikat pendek. Tahap kedua, pulas dengan sikat panjang. Hasilnya benar-benar menakjubkan dan bertahan seharian. Sangat rekomen untuk anda sekalian yang aktif dan dinamis.



~PIXY SILKY FIT LIPSTICK~

Kode 203 Rosy Pink Satin yang saya gunakan memiliki warna yang soft-mendekati nude- dan memiliki kilau yang sesuai namanya, satin. Kilaunya tidak over, namun memberikan kesan bibir yang sehat dan segar. Biasanya lipstik ini saya jadikan dasaran untuk gradasi lipstik warna merah, sehingga menimbulkan kesan ombre yang natural dan segar. Tidak begitu bertahan lama saat dibuat aktivitas outdoor, jadi dibutuhkan retouch selama 2-3 jam dan sehabis makan/minum.


****

Overall saya sangat puas dengan Pixy "pink series" (begitu saya menyebutnya karena wadahnya yang pink feminim dan cantik) dan akan terus memasukkannya dalam koleksi makeup saya. Memang belum mencoba semua produknya, karena inipun juga hadiah (hehehe) dan review ini sedikit banyak saya persembahkan untuk Pixy sebagai ucapan terima kasih karena begitu murah hati memberikan sepaket kosmetiknya.

>>> LIFE HACKS!!

Terburu-buru atau tidak memiliki banyak peralatan make up dalam satu kantong? Jangan kuatir, ada banyak cara untuk tampil beda dengan beberapa life-hacks berikut. Mungkin sudah amat biasa, namun ternyata banyak juga yang belum tahu. Cara-cara ini sudah dijamin berhasil karena saya juga menggunakannya sehari-hari hehe~

LIPSTICK: PULAS DI BIBIR DAN PIPI!
Selain di bibir, lipstick juga bisa menjadi blush on tahan lama yang nyaman. Cukup buat dua atau tiga titik di tulang pipi dengan lipstik, kemudian ratakan dengan tangan. Jika merasa warnanya terlalu mencolok, timpa tipis dengan bedak tabur.



blush on cantik dari lipstik Oriflame

MASCARA: BULU MATA DAN ALIS NATURAL
Jujur saya bukan pengikut trend makeup. Saya bermakeup untuk kelihatan 'sekedar' segar, jadi tidak suka juga jika harus bangun pagi dan ribet berjam-jam memulas wajah hehehe. Mascara selain untuk melentikkan bulu mata, juga bisa digunakan untuk menyegarkan alis, terutama saya yang juga memiliki alis yang samar-samar. Memang tidak bisa menjadikannya tegas, namun setidaknya membantu terlihat segar dan natural.

 Sebenarnya masih banyak life hacks yang dapat dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya, tentunya. Namun yang selalu saya lakukan sudah terpapar disini, dan bisa diaplikasikan juga untuk pembaca. Jangan sungkan untuk memberikan komentar dan masukan terkait apa yang saya bahas disini. Have a nice day~


Wednesday, February 24, 2016

Dewasa itu Membunuh Dirimu yang Lain Pelan-pelan

Tadi malam kuputuskan untuk sedikit produktif; melanjutkan cerita fiksi yang kubuat sejak tahun 2014, daripada bermain game. Sudah lama aku tidak menyentuhnya, maupun cerita-cerita fiksi lain yang kubuat. Semua menggantung begitu saja, kehilangan kekuatan dan hasratnya di pikiranku. Aku terasa kaku dalam mengetik, bahkan melanjutkan cerita yang notabene memang mengalir begitu saja. Serial itu memang kudeklarasikan sebagai serial hura-hura belaka, dimana alurnya benar-benar flowing like a river, tidak peduli bagaimana plotnya, pengembangan karakternya, itu hanya murni slice of life yang dibuat berdasarkan hatiku. Untuk refreshing dari segala kepenatan, begitu motivasi awalnya.

Tidak sampai satu paragraf, aku sudah kesulitan. Tidak hanya memilih kata-kata yang tepat, namun juga alurnya. Kubaca lagi fiksi 50 halaman tersebut dari awal. Dengan tertawa-tawa kecil sekilas dan mengimajinasikan adegannya, aku berhasil menangkap alurnya dengan indah. Tapi untuk melanjutkannya, aku gagap. Tanganku kaku, otakku kosong. Disaat itulah aku merenungi lifetime, dimana dulu dari SD hingga SMA selalu mengikuti lomba menulis, cerpen, dan cipta puisi, hingga berhasil memborong piala yang banyak-banyak dipajang di sekolah yang haus penghargaan. Sekarang, kenapa untuk menulis saja aku perlu berpikir keras? Mengetik, menghapus, lalu mengetik lagi, menghapus lagi. Aku merasa tertekan. Aku bukan lagi sosok yang penuh imajinasi dan keluwesan.

Apa yang membuatku seperti ini? Imajinasiku rusak? Kemampuan analitikku hancur? Aku tidak mungkin menyalahkan kesibukan kuliah magisterku. Itu terlalu pengecut. Lelah mental, mungkin? Atau memang benar seperti kata om dan tante saat mereka berkumpul dan berdiskusi, bahwa, “orang dewasa itu membosankan.”

Kita semua seperti itu. Terjebak formalitas dan rutinitas, sehingga lupa akan apa arti ekspresi. Jalur spontanitas kita terhambat, terganti oleh pikiran-pikiran penuh rencana dan kalkulatif. Jika membuka blog ini dari awal terbentuknya, pastilah pembaca tidak percaya, apa benaryang menulis ini orang yang sama? Totally different. Yes. Zaman dulu masalah yang diangkat mungkin seputar makanan, curhatan labil, tempat menarik, event hura-hura. Bahasa yang dipakai juga sangat kekanakan dan tidak teratur, penuh emosi yang dilebih-lebihkan dan haus akan perhatian. Aku masih begitu, namun dalam bungkus yang berbeda. Tapi setelah introspeksi diri dan menengok diriku saat ini, pikiranku menolak deklarasi dua detik yang lalu tersebut. Saya mungkin masih begitu. Mungkin, atau tidak sama sekali. Saya adalah orang yang berbeda.

Lihatlah, dari menulis ‘aku’ menjadi ‘saya’, apakah ini sudah merupakan bentuk dualisme dalam satu pribadi? Saya tidak membuat-buatnya. Pikiran saya yang mengontrolnya.

Dewasa adalah dunia dimana yang satu membunuh yang lain. Dimana masalah dan pemikiran yang masuk pada setiap kali kata ‘happy birthday’ terucap akan bertambah berat. Dimana manajemen hati yang buruk akan mengakibatkan luka fatal. Jangan salahkan orang tuamu atau gurumu, tolol. Mengapa seiring orang tumbuh dewasa, menemukan keganjilan dalam diri, mereka akan sepenuhnya menyalahkan orang tua maupun gurunya? Ya memang pasti mereka punya salah karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup atau melakukan kesalahan. Namun lagi-lagi, andaikata anda-anda sekalian ini berhenti mengeluh dan menyalahkan, kemudian mencari solusi atas masalah anda sendiri, dengan kemampuan anda sendiri sebagai orang dewasa, apakah itu tidak merupakan sebuah mukjizat?

Orang kerap bertanya apa itu mukjizat, apakah ada mukjizat? Saya jawab masih. Mukjizat bagi saya ada di setiap hal, baik kecil maupun besar. Itulah cara saya mensyukuri hidup dan hidup dengan (cukup) damai. Kita jatuh dan berdiri lagi sendiri dan masih tetap bisa berjalan dengan enteng, apa itu tidak sebuah mukjizat? Dimana di tempat lain, ada seseorang yang jatuh dengan posisi tertentu sehingga mengalami cacat. Kita harus pandai bersyukur, melihat semua dengan kacamata positif. Kalaupun kesusahan, yakinlah ada hikmah atau cerita yang menarik menunggu. Dalam novel fiksi, seorang tokoh utama akan mengalami banyak derita dan konflik sebelum mencapai happy end, bukan?

Namun begitulah, sekali lagi kita yang mengaku dewasa ini, realitanya hanya sekumpulan pabrik. Penghasil fitnah dan cemoohan, juga pujian dan santunan. Kita lupa bagaimana rasanya menjadi manusia seutuhnya, manusia yang hadir sebagai pemelihara dan inovator kehidupan. Rutinitas membunuhmu. Itulah kenapa prinsip saya, setiap hari harus ada sesuatu yang baru. Entah itu mencoba warung baru, kafe baru, destinasi jalan sore baru, pemandangan toko maupun alam yang baru, bahkan topik pembicaraan yang baru. Dengan itu saya bisa menjaga apa yang baik dalam diri saya.

Mari kita hidupkan lagi apa yang sudah mati dalam diri kita. Kita semua adalah tuhan dari kalbu kita.

      

Sunday, January 31, 2016

Menjadi Mahasiswa Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta (Part I)

Part I: Kikuk dan gugup, tapi ayo move on!
kelas penciptaan seni lukis 2015 bersama dosen kesayangan

Bagaimana rasanya menjadi mahasiswa seni? Saya sering mendapatkan pertanyaan ini. Karena disela teman-teman jurusan lainnya sibuk dan stress dengan kuliah bahkan jenuh, kami yang jurusan seni ini masih terlihat berjalan-jalan santai dan masih sempat tertawa. Tidak banyak tugas? Tidak juga. Tugasnya tidak menuntut? Salah. Dan akhirnya muncul kesimpulan lain, “Alah tugasnya Cuma nggambar,” dan ini yang sering membuat kami semua, mahasiswa seni, geram.

Dibilang santai tidak. Dibilang longgar juga tidak. Apa yang membedakan kami dengan keilmuan yang lain? Kami mengerjakan segala sesuatu dengan feeling. Ya, feeling, bukan sekedar teori ini itu buku ini itu. Ada hal yang menarik saat kita mengerjakan segala sesuatu dengan rasa. Ada dorongan semangat besar, juga rasa bahagia yang tidak terucap. Wajar jika orang bilang mahasiswa bahkan dosen seni awet muda. Itu tidak bohong.

Mendapatkan pengumuman dari web bahwa saya diterima di Pascasarjana Institut Seni Yogyakarta malam itu di bulan Juli 2015, saya menangis. Sujud syukur dan memeluk kedua orang tua, saya tidak henti-hentinya mengutuk diri sendiri yang selama ini pesimis dan sempat berhenti berkarya karena banyak tekanan batin. Mungkin ini jalan pertama Tuhan memberikan peringatan pada saya untuk kembali memutar otak dan tangan untuk berkarya. Saya diterima di jurusan Penciptaan Seni Lukis, sebuah jurusan magister yang akan lebih mengedepankan produk daripada teori-teori berbelit. Tapi bagaimanapun, meski jurusan murni, saya tahu bahwa S2 itu bukan taman bermain corat-coret. Pasti ada teori yang lebih jahat dan lebih intens, daripada S1. Mental saya sudah siap untuk itu.
Contoh thesis. Penuh dengan curhatan!


Kami tidak langsung masuk ke kelas. Ada seminggu kelas pembekalan, begitu bunyinya. Jikalau tahun lalu namanya matrikulasi dan digunakan untuk menyetarakan umat, kali ini bermotif memberikan bekal awal pada mahasiswa yang sudah diterima untuk menghadapi perkuliahan. Materi yang kami dapat adalah Filsafat Ilmu dan Penulisan Ilmiah. Menarik, ini mata kuliah teori yang dipandu oleh seorang profesor dan doktor yang sama-sama lulusan luar negeri. Bukan hal yang spesial, di ISI Yogyakarta ada banyak dosen lulusan luar negeri. Saya kembali mengutuk diri, kenapa dulu tidak memperjuangkan beasiswa keluar negeri yang ditawarkan pada saya dengan alasan tidak pede dan takut cultural shock.  Dan di akhir minggu, jumlah kami berkurang. Ada banyak mahasiswa yang mengundurkan diri, pindah karena diterima di universitas lain, maupun dikeluarkan karena tidak mengikuti materi dengan serius. Oke, berarti yang ada di sekeliling saya adalah orang-orang terpilih. Setidaknya untuk masuk Pascasarjana ISI Yogyakarta ada 2 tahap eliminasi. Di awal saat pendaftaran, dan setelah pembekalan. Saya melihat teman saya gagal masuk di tahap satu, bahkan seorang wanita ramah yang berkenalan dengan saya di saat pembekalan juga gugur.

[YANG HARUS DISIAPKAN UNTUK S2: SERTIFIKAT TOEFL, MINIMAL 450 + SERTIFIKAT SKOR TEST POTENSIAL AKADEMIK + PORTOFOLIO KARYA SENI 5 TAHUN TERAKHIR + FORMULIR PENDAFTARAN, LENGKAP DENGAN BEBERAPA TULISAN ESSAI SESUAI KEBUTUHAN + ARTIKEL KORAN/MEDIA MASSA TENTANG ANDA ATAU KARYA ANDA + SERTIFIKAT LOMBA, KEJUARAAN, SEMINAR, AKTIFITAS KESENIAN]

UAS: Satu soal harus dijabarkan minim dua halaman
Masuk ke kelas, shock menerpa dengan deras. Teman-teman sekelas saya rata-rata adalah seniman akademis yang sudah memiliki nama di kancah pergulatan umat artistik, nasional maupun internasional! Ataupun kalau tidak, mereka sudah memiliki basic estetika yang mantap dan tajam, seakan membunuh saya si kerdil lulusan pendidikan seni rupa ini. Di pendidikan senirupa, S1 saya, kami dilatih untuk menjadi guru. Kami belajar seni secara praktis, namun lebih banyak porsi teori pendidikannya. Di kelas Penciptaan Seni Lukis saya, hampir seluruhnya lulusan seni murni. Sudah, jangan tanya bagaimana cara mereka memandang kanvas dari sisi pengetahuan kesenian. Saya hanya batu kerikil. Tapi sekali lagi, saya menengadah kebawah, memandang para pejuang gugur yang gagal masuk kemari. Kenapa para dosen memilih saya? Kenapa Tuhan mengirim saya? Kenapa tidak mereka? Berarti saya bisa. Dan begitulah yang juga diucap oleh direktur kami, Professor Djohan, “Kami memilih kalian karena kalian memiliki potensi.”

Semester pertama, kami berkenalan dengan kikuk. Saya berpikir kelas magister akan penuh dengan orang yang lebih tua, separuh baya maupun baya. Ternyata kelas saya perupa muda semua. Ada juga yang fresh graduate, membuat kami cukup nyaman berinteraksi. Yang paling saya suka, rata-rata sudah mengalami banyak hal dalam kehidupan dan menghargai privasi. Saya orang yang insecure, namun kelas ini memberikan rasa nyaman karena toleransi yang tinggi. Mereka tidak segan membantu
teman lain untuk berkembang. Meski saya akui, ya, ada rasa kompetisi positif yang berdetak disana, tertutup dengan rapi dan bersih, namun tidak mengancam. Saya masih bisa mentolerirnya.


salah satu pameran thesis mahasiswa S3 keramik
[MAHASISWA S2 FRESH GRADUATE DAN YANG SUDAH PERNAH BEKERJA AMAT BERBEDA DALAM MENYIKAPI TUGAS DAN MENYELESAIKAN MASALAH. SERING TIMBUL KONFLIK, APALAGI LINGKUNGAN MAHASISWA SENI.  S2 TIDAK HANYA MENGEJAR GELAR FORMAL, NAMUN JUGA KEDEWASAAN DIRI. BE AWARE, MARI BERLATIH MENAHAN DIRI DAN TOLERANSI]


Menjadi Mahasiswa Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta (Part II)


Part II: Perkuliahan yang memutar dunia
========================================

Masih membicarakan bagaimana rasanya menjadi mahasiswa seni di Pascasarjana ISI Yogyakarta. Jika kemarin masih garis besar, kali ini sudah mencapai garis besar kegiatan kelas.


Edi Sunaryo, saat pameran tugas
Kelas kami menyenangkan, penuh dengan dosen yang matang di bidangnya. Saya ambil contoh dosen kelas “Penciptaan Seni Lukis I” yang merupakan seniman sahabat Oe Hong Djien, kolektor Indonesia, Bapak Edi Sunaryo. Saya ingin berteriak, “HOW COME” saat beliau mengkritik karya saya dengan detail, bahkan mengetahui bagian mana yang saya mengerjakan dengan terpaksa, dan mana yang saya sangat enjoy. Dengan tunjukan khasnya, beliau mendeskripsikan, kamu bagus di bagian ini, kamu suka ya bikin bagian ini, kamu terpaksa di bagian ini, tanganmu kaku di sisi yang ini. Seakan bisa membaca sejarah, beliau berhasil membuat saya terdiam dan menunduk hormat. Beliau yang membuat saya sadar dimana kekuatan utama artistik saya, dan membantu saya meledakkan potensi terdalam.   Beliau mengajak kami keluar dari zona nyaman, mengenalkan pasar, juga sempat berjalan-jalan ke museum dan rumah Oe Hong Djien secara gratis. Sebuah kesempatan langka dan lucky seven, kalau saya bilang. Sayangnya, sekitar dua atau tiga tahun lagi beliau akan pensiun. Well, setidaknya terima kasih Tuhan, sempat memberikan beliau pada saya. Beliau memberikan apa yang penting adalah kita harus paham batas diri. Apa yang menonjol dan apa yang kurang. Jangan fokus dan terus-terusan mengeluh pada apa yang kurang dan tidak bisa kita capai, namun kembangkan apa yang menjadi kekuatanmu. Saat pikiran dan hati kita sudah melaksanakannya, ada kekuatan yang tidak terduga terlahir dari kita. Itulah yang terjadi dengan saya. Meski sedikit stress dan tertekan, namun perubahan aliran lukisan ini benar-benar membuat teman-teman mengapresiasi saya lebih baik dan sangat setuju dengan keputusan saya, yang terdorong oleh saran bapak Edi.

[SAMA DENGAN ALMARHUMAH NYI SUPADMININGTYAS, GURU SINDEN SAYA DARI SOLO, YANG SELALU BERPESAN, JANGAN TUTUPI KELEBIHANMU, TAPI TUNJUKKAN PADA DUNIA. DENGAN BEGITU APA YANG TIDAK MEMILIKI KEKUATAN AKAN MENJADI PELENGKAP KELEBIHANMU DAN KESATUANNYA MENJADIKANMU KEINDAHAN SEJATI]   

Dosen amazing yang kedua adalah Professor Martinus Dwi Marianto. Kritikus, kurator, pengajar, dan mantan direktur Pascasarjana ISI. Sempat juga maju menjadi calon rektor, namun untungnya tidak jadi. Kalau jadi, mungkin kami tidak akan diajar dengan intens dan mendapatkan ilmu yang memutar mindset. Beliau pencetus teori quantum pada seni. Jika selama ini teori quantum hanya ada pada fisika, beliau mengaitkannya dengan seni, dan itu benar-benar fuckin’ amazing. Sorry for my bad languange. Tidak hanya mengenalkan kami pada buku-buku yang luar biasa dan pemahaman baru akan dunia, beliau juga mengajak kami berjalan-jalan keluar. Masuk ke rumah seniman besar Indonesia seperti Heri Dono, Djoko Pekik, bahkan mengadakan kelas ditengah-tengah ruang pameran. Bapak satu ini menuntut kami untuk aktif dan membuka mata tentang kesenian kontemporer yang merebak, dengan mata kepala kami sendiri. Mengobservasi dan menyimpulkan, kami menjadi lebih paham dan mendalaminya. Saya yang semula berpikir terkotak-kotak karena bawaan orang pendidikan, akhirnya berjungkir balik. Shock, namun gembira. Saya menjadi gila di Jogja.
kuliah di rumah seniman Heri Dono, bersama prof Dwi


[JIKA INGIN TAHU KAMI BELAJAR APA SATU SEMESTER DI PERKULIAHAN PROF. DWI MARIANTO, BACA BUKU ART & LEVITATION: SENI DALAM CAKRAWALA, KARANGAN BELIAU SENDIRI ]



Sutanto Mendut beraksi di kelas


Apa lagi yang membuat saya membuka pikiran dan menjungkirkannya dengan liar? Dosen yang juga komposer, budayawan, seniman, yakni bapak Sutanto Mendut. Mengambil mata kuliah pilihan Seni dan Lingkungan, saya berharap mendapatkan pengetahuan mendalam tentang kebijakan sosio-cultural di era post-modern atau apalah untuk membantu rencana thesis saya yang mengangkat isu sosial. Namun ekspetasi saya hancur begitu saja di pertemuan pertama. Dosen apa ini. Mata kuliah apa ini. Gila. Saya gila lagi di Jogja. Bertingkah sembarangan, selalu muncul guyonan kotor, hobi berfoto di kelas, bahkan mengkritik otoritas yang berjalan. Namun beliau berwawasan luas, melihat dunia dari kacamata terbalik yang nakal. Selama ini saya juga melakukannya, namun saya tahan sendiri karena saya tahu itu tabu dan lingkungan tidak akan menerima. Ternyata sosok ini membuat saya chaos. Dan tanpa saya sadari, dari chaos itu sendiri ada keindahan. Mindset saya kembali berputar. Lupakan formalitas, ayo manfaatkan kreativitas. Jangan lupa lihat lingkungan sekitarmu; ada banyak hal yang bisa kamu manfaatkan. Tidak usah sok suci dan sok tertata, hiduplah apa adanya. Kita dan alam itu satu, harus saling menjaga.

Tugasnya apa saja? Oh jangan ditanya. Banyak. Baca buku, itu pasti. Sebagai seorang magister, diharapkan mulai belajar melahirkan ilmu-ilmu dari pemikirannya sendiri. Para ahli terdahulu hanya mendorong, bukan menjadi acuan diktator. Saya menjadi lebih percaya diri mengungkapkan pendapat secara pribadi, karena bagaimanapun, ini adalah perguruan tinggi seni. Hampir semua yang disini menggunakan rasa untuk menyelesaikannya. Bagaimana seorang Edi Sunaryo dapat memahami goresan penuh keresahan dan goresan bahagia hanya dari melihatnya saja? Tentu hati lah jawabnya. Hati dan perasaan memiliki gelombang yang lebih kuat dari pikiran.

Mengerjakan UAS bersama
Tugas kami seputar mengobservasi pameran, mengkritik karya seni, menelaah literatur, mencoba memahami seni dari sisi dalam, berlatih membuat konsep yang matang untuk sebuah karya, dan tentu saja, membuat karya itu sendiri, dalam hal ini lukisan. Dalam satu semester kami harus membuat 5 karya lukisan. Ringan? Masih, menurut saya pribadi. Coba dipikir apabila ukuran karya beberapa meter. Kami harus bisa menyeimbangkan antara pekerjaan praktikum dan teori. Dua hal yang saling bertolak belakang. Sesungguhnya seorang magister penciptaan seni adalah orang yang hebat. Nalarnya terasah, estetiknya berjalan. Sulit menemukan manusia yang dua sisi bertolak belakang tersebut seimbang. Disini kalian bisa mendapatkannya. Orang seni selalu unik.

Apa yang mengerikan dari kuliah di magister seni? Yang pertama tentu manajemen pikiran dan hati. Karya yang bagus tidak akan lahir dari pikiran yang penuh atau mood yang buruk, seorang Edi Sunaryo bahkan bisa melihatnya (saya pernah kena tegur padahal beliau hanya melihat karya saya sekilas tanpa tanya bagaimana saya saat mengerjakannya)!! Inilah yang membuat banyak orang kwalahan. Siapa lagi kalau bukan pribadi yang matang yang bisa mencapai titik ini?

Yang kedua, dana. Selain SPP yang tidak biasa, 4-5 kali lipat dari biaya S1 (bahkan bisa mencapai 8-10x lipat di perguruan tinggi lain), tugas harian-mingguan dan ‘aksesoris’nya butuh pembakaran uang yang lumayan juga. Kanvas, cat, kuas, kertas khusus (karena seni disini bukan sekedar corat-coret, tapi masalah serius), pelapis, dan juga buku. Di awal masuk, untuk menghemat, saya mencoba menggunakan cat murah (lol) dan berakhir dikritik habis-habisan oleh dosen dan rekan. Akhirnya saya melompat masuk ke dunia hedonisme seni, dimana cat kualitas premium dengan harga yang mengalahkan gala dinner di restoran mewah akhirnya saya koleksi.  Tidak masalah jika untuk pendidikan, begitu ayah saya berkata saat saya minta izin mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk sekedar cat.
Persiapan event yang kami koordinir
Sejak disini, beberapa dosen selalu memberikan kami materi dan tugas yang hanya ada jawabannya di buku. Mereka menyarankan buku A, B, C, dan otomatis terbakar sudah dompet. Belum cukup, ada pameran, ada juga pementasan karya tugas. Pameran itu termasuk membayar snack maupun konsumsi lain untuk para tamu, membayar kebersihan, perlengkapan, dan segala keperluan dadakan lain yang wow. Eksistensi kita dipertanyakan jika tidak pernah mengadakan pameran atau terlibat. Selain itu, pameran memberikan banyak ilmu non-formal yang menggugah rasa artistik kita akan seni dan sosial. Wow dan wow, saya akhirnya memilih makan mi instan dan nasi kecap secara berkala agar keuangan cukup dan tidak merepotkan orang tua dengan meminta lagi.          

 Saya mendapatkan banyak hal dari perkuliahan dan lingkungan teman saya. Idealisme dan prinsip saya yang tertata tinggi runtuh sedikit demi sedikit. Kampus seni benar-benar kampus brengsek, tempat berkumpulnya orang yang melihat dunia secara luas dan berbeda. Saya bahagia bisa masuk disini. Saya bahagia idealisme saya yang kaku dan kolot tergerus sedikit sedikit, membuat beban di hati berkurang. Tapi tetap saja, apa yang sudah saya pondasikan tidak akan pernah hilang. Itulah bagusnya sudah memiliki prinsip dan pondasi matang saat kita dilempar ke dunia lain; tidak akan terbawa arus dan tidak akan hilang jati diri. Saya bahagia Tuhan memberikan saya lingkungan ini di saat saya sudah punya pondasi. Saya tidak bisa membayangkan saat saya lulus SMA saya segera terjun kemari; mungkin sudah ikut tergeletak di halaman, menjadikan Tuhan permainan, mengkritik jahat semua keteraturan dan melemparkan atribut norma kebelakang.

Ilmu dan kemapanan yang kita dapatkan di S2 tidak bisa dibagi begitu saja. Tidak semua ilmu bisa didapat dari mengemis orang lain. Disini saya menekankan itu, karena apa yang saya dapatkan dan alami berbeda dengan rekan saya yang lainnya. Karena di perkuliahan seni murni program pasca sarjana, terutama penciptaan, perkuliahan adalah pengembangan dari apa yang sudah dimiliki per person; dosen ada untuk mengembangkan atau membuka potensi yang unik dari masing-masing. Pencapaian yang dimiliki per individu akhirnya juga tidak sama, sehingga tidak bisa disama ratakan. Pemahaman yang dimunculkan adalah hasil dari olahan pribadi, bukan cekokan ilmu pasti. Tidak seperti matematika yang rumusnya jelas dan hasilnya pasti sama, apa yang kami dapatkan di magister penciptaan seni ini akan terasa sulit jika dicoba ditularkan secara identik. Meski rumusnya jelas, namun hasilnya akan berbeda karena rasa estetik dan pencapaian filsafat orang berbeda. Yang jelas, tetaplah mengembangkan diri dan terus berlatih. Karena hanya kita yang paham akan kemauan, kemampuan, dan batas diri kita sendiri.