Pages

Tuesday, November 29, 2016

Ramen Porsi Besar Jogja: Nagoya!


Budaya pop Jepang dewasa ini tidak kalah heboh dengan tetangganya, Korea Selatan. Banyak produk negara ini yang tumbuh dan berkembang diseluruh penjuru kota  Indonesia; mulai dari butik, mainan, dan yang paling populer tentu adalah kuliner. Sayangnya, tidak semua kulineran ini bisa mewakili rasa sesungguhnya dari Jepang itu sendiri.

Sebagai pemerhati budaya pop Jepang sedari remaja, penulis tentu sudah memahami banyak jenis makanan maupun bahan dari makanan yang diusung oleh negara maju di Asia ini. Tentu, penulis juga gemar memasak, yang mana memberikan banyak masukan terkait rasa dan istilah-istilahnya. Hal ini kemudian bertambah intens saat penulis bekerja paruh waktu di salah satu warung masakan Jepang yang cukup populer di kampung halamannya.

Meski bagi penulis semua makanan terasa nikmat, tapi itu tidak menghindarkan sifat pilih-pilihnya. Bulan pertama kepindahan di Yogyakarta, cukup sulit juga menemukan ramen yang tepat. Memang ramen Jepang yang asli sulit diterima masyarakat Indonesia pada umumnya, yang notabene berkuah 'segar' daripada 'penuh bumbu.' Ya, bangsa kita terbiasa dengan lauk pauk sarat bumbu dan rempah, oleh sebab itu banyak warung maupun restoran Jepang yang memodifikasi bahan dan bumbu dalam menu mereka agar lebih bisa diterima lidah Indonesia. Atau dalam beberapa kasus, menggunakan bahan subtitusi untuk menekan harga juga. Sudah jadi aturan umum  bahwa jika ingin kuliner Jepang yang otentik, maka pergilah ke restoran mahal. Disana, biasanya mereka tetap menggunakan bahan-bahan otentik dan impor negara asalnya untuk menjaga rasa.

Baru-baru ini ada warung Jepang yang buka di daerah Sayidan. Well, sebenarnya bukan tepat di Sayidan, namun setidaknya tidak begitu jauh darisana. Warung sederhana ini bernama Nagoya, dengan aksen khas merah yang khas. Hari itu Yogyakarta terasa dingin karena sedang pancaroba, dan ramen hangat adalah pilihan yang tepat. Baru pertama kali kesana, penulis merasa tidak kecewa sama sekali. Servisnya sangat ramah. Bahkan saat memilih menu, waitress tidak segan untuk menjelaskan menu dan menanyakan selera pelanggan, untuk memilih menu yang tepat. Satu nilai plus sudah penulis berikan untuk ini.

Menu dihidangkan kira-kira 5-10 menit setelah memesan. Tidak menyangka, ramennya ternyata dihidangkan dalam mangkuk putih besar. Datang tidak terlalu panas, ramen ini bisa langsung dinikmati. Untuk mienya cukup standard; tidak begitu kenyal, kurang padat. Mungkin efek memasak yang terlalu lama? Yang spesial tentu ada di kuahnya. Dengan aroma ebi yang khas, kuah ramen Nagoya berhasil mengantarkan rasa otentik Jepang. Ditambah dengan topping udang yang fresh, jamur, serta nori, cita rasa ramen ini begitu menggugah. Tak mau ketinggalan trend anak muda, Nagoya juga memberikan 'level pedas' mulai dari level 1, level 2, dan seterusnya. Untuk tiap levelnya diberikan tambahan biaya 500 rupiah.

Selain ramen, penulis juga sempat mencicipi okonomiyaki khas Nagoya. Ada 3 pilihan topping yang disediakan disini. Sebagai perkenalan, penulis mengambil okonomiyaki klasik; toppingxxx. Sebagai pecinta okonomiyaki, tentu ada banyak pertimbangan dalam mengatakan berapa rating okonomiyaki ini. Tapi yang jelas, seumur-umur penulis menikmati okonomiyaki, belum pernah menemui okonomiyaki se-crispy ini. Luarnya garing, dan dalamnya lembut. Saking garingnya, terdengar suara gurih saat menggigitnya.

Bertolak dari okonomiyaki original, bahan-bahan dasarnya tentu tidak akan dapat menghasilkan crispy sedemikian rupa. Bisa dipastikan ada bahan subtitusi disini, atau takaran tertentu yang unik. Okonomiyaki yang original juga memiliki bahan dasar kubis dan sayur yang banyak. Sayangnya Nagoya tidak sepenuhnya berpatok pada standar ini, dan rasanya seperti "bakwan" bundar besar. Minus ini tertutup oleh saos okonomiyaki dan toppingnya yang otentik dan nikmat. But overall, I'll give this 7.5/10... sementara untuk ramennya 8.6/10

Jika tidak ingin dua menu diatas, di Nagoya masih ada sushi dan takoyaki. Belum mencicip semua, namun terlihat menggiurkan dan akan kembali lagi. Price rate Nagoya antara 15 ribu hingga 30 ribu rupiah. Selamat berburu!

3 comments: